#Part 63 - SEJADAH MERAH

#Part 63 - SEJADAH MERAH

ditemani nyamuk yang menggigit kutulis kembali kenangan yang masih membekas dalam ingatan.sewaktu tinggal di kobong (bhs. Sunda pondok/ pesantren), niatnya ingin bener-bener nuntut ilmu agama agar bida menjadi seorang kiyai minimal seorang yang berkahlak mulia..... amiiiinbergumam sejenak ketika apa yang kutulis hampir ngaco, kuhisap rokok agar bisa menjadi sedikit rileks.kulanjutkan kembali kisahku....cinta monyet bukan cinta antara monyet laki-laki dan monyet jenis perempuan tapi cinta yang hanya sesaat tapi berkesan, ibarat kata anak muda zaman sekarang ibarat kencing dicelana angetnya terasa.. (tuh, kan mulai melenceng dari niat bikin cerita huft...)

bedug subuh menggema tubuhku digoyang-goyang oleh teman sekamar, aku tak bangun juga hingga para jema'ah di mushola (bhs sunda Surau) telah kembali ke rumah masing-masing, begitu pun para teman santri ada yang menghafal, mengaji al-qur'an dan ada yang ngeliwet (masak).seketika ustadz menggedor pintu dan menyiramku dengan segayung air. serentak tapi pasti aku pun bangun mata masih sepet setengah terbuka melangkah ke mushola, lalu.... dari arah belakangku tercium aroma minyak melati, aku tertegun sesaat dan berhenti melangkahkan kaki hatiku berkata "pasti yuyun yang lewat".ternyata benar Yuyun yang lewat seorang santriawati yang sering kulirik ketika mengaji sorogan ataupun ketika mengaji kitab kuning (pasti pada tahulah yang sering di aji di pondokan salafi kitab fathul mu'in, fathul qarib, Sithin, 'Uqudul zein, Yasin Hamamiy dsb.)dag dig dug terasa, dengan nafas berat kusapa "Yuuuuuuuun?"dia menengok ketika berpapasan denganku serta senyum yang membuat mataku yang sipit seperti hampir copot. (dari situ pun pikiran udah kemana-mana deh, tapi ngga ngeres lah)

mondok sambil sekolah memang menyenangkan pada waktu itu, hingga suatu surat (belum ngetren hand phone) dari temennya Yuyun "sep, ada titipan surat dari pujaanmu nih baca dan bales GPL".setelah kubaca kusimak baik-baik ternyata cintaku terbalaskan, tapi masih ngga berani ngobrol, cuma isyarat mata dan senyum pas waktu di pondokan untuk mojok pun susah, paling pas ada haflah kenaikan kelas itu pun ramean..next ceritanya Yuyun milad (ulang tahun) aku memberinya Al-qur'an, sewaktu dia ijin pulang dan kebetulan aku pun pengen pulang juga walau niatnya mau memberi kado berupa Al-qur'an karena ngga ada ide mau ngasih apa dan hanya itu yang cocok untuk aku berikan. "hih a' masa ngdo sih Al-qur'an? ntar ngga ada buat jajan loh?""tenang yun bisa minta lagi koq sama emak asep koq" kujawab sambil nyengir kuda"diterima yach dan dipakai pas ngaji inget yun niatkan ibadah dan bukan karena aa ngasih Al-qur'an" lanjutku.

berjalan setahun kemudian aku pun milad (ulang tahun), entah aku pun di ikat pake tikar ketika tidur kemudian pas bangun tidur wajahku yang tampan (maksa) penuh dengan cemong dari pantat panci (pokoknya sedih bin terharu)..ketika aku bebersih dan pulang ke kamar dipondokan terdapat bungkusan dan sepucuk surat kubaca yang isinya masih kuingat "a, yuyun ngga bisa ngasih kado special atau pun apa yang bisa bikin aa senang pada milad kali ini tapi tolong terima hadiah dari yuyun awas kalo ngga dipake!"kubuka perlahan dan kuraba ternyata lembut duh gusti ternyata sejadah berwarna merah, ngga terasa hubungan kami udah dua tahun jalan (jadian) memang indah hingga  ketika haflah dan perpisahan, di iringi lagu Magadir, kulihat dia murung dan ketika ditanya "kenapa neng?"dia jawab "ngga kenapa-napa""jujur atuh""hih maksa deh, tapi jangan marah a' kalo selama ini aa ngga bahagia sama neng dan kalo neng punya salah tolong maafin neng yach, a" dia pun bicara."maksud neng apa?" jawabku ngga mengerti"a, neng dilamar" jawab dia singkat"terus?""hih teu daek serius, terus-terusan mah nabrak nantinya" sedikit ngikik namun disudut matanya terlihat butiran airmata dari sinar matanya pun tak ada kebohongan."hubungan kita berakhir dong?""ngga atuh a' kita masih jalin silaturahmi, sodaraan, setiap muslim dgn muslim yang lain itu sodara, neng titip sejadah itu yach, a sekali lagi maafin neng" aku bisu, dia pun salaman dan berlalu.

"kini hanyalah sejadah merah kawan setia dalam ibadah"


No comments:

Post a Comment

Contact Us

Name

Email *

Message *

Back To Top