#Part 77 - Ketika Cinta Mengomentari

#Part 77 - Ketika Cinta Mengomentari

perasaan ini
ku ibaratkan sehelai kain yang tidak tahu
warnanya
yang didalamnya ku gambarkan rasa
kutuliskan cerita yang tak berujung
kadang kunikmati lembah dengan tanahnya
yang basah
dedaunan yang yang gugur terhampar
menjadikan tanah subur.
kadang kubalik cerita seperti di padang
tandus
kering dan panas membakar telapak kaki
yang melepuh
Kuangkat ujung sisi kain yang satu
begitu bersih tanpa noda, hanya ada gambar
anak bayi laki laki mengemut ibu jari
waktu lahir tak ada petir, atau hujan badai
yang seperti dalam cerita cerita
dia lahir dari pasangan yang masih muda...
Kuangkat lagi sisi kain yang sebelah kiri
warnanya biru dengan lukisan wajah yang
mencerminkan serba ingin tahu
dia pelajari hijaunya daun, semilirnya angin,
dan terbangnya kunang kunang dimalam hari
begitu ingin tahu isi dunia tapi langkahnya
tak begitu leluasa
kuangkat ujung kain sisi bagian bawah
warna kainnya mulai pekat penuh bercak
warna yang terlihat abstrak
tulisannya berwarna, sekitar keinginan,
perjalanan, kelaparan , kekenyangan
ada juga wajah munafik, ada wajah yang
baik,ada kalanya wajah jadi cerdik tapi licik..
Kuangkat ujung kain sisi yang tersisa
warnanya memudar seperti rapuh dan lusuh
tak jelas hitam putih jadi abu abu
dengan jelas goresan goresannya penuh
perjuangan, seperti lelah, seperti bertahan
tabah
lukisan begitu ber aneka warna, tapi tersirat
rasa amanah atas hidupnya
Ku ikat empat sisi kain jadi sebuah simpul
membuat ikatan dari sehelai kain kehidupan
yang penuh cerita
yang kala rindu ini begitu memicu rasa haus
yang penuh dahaga
maka ku buka simpul kain,, dan kuceritakan
pada anak dan cucuku dengan penuh rasa
cinta....


No comments:

Post a Comment

Contact Us

Name

Email *

Message *

Back To Top