#Part 70 - Remah Roti

#Part 70 - Remah Roti

Ini adalah kisah tentang seorang siswi di
sebuah sekolah putri di Palestina. Hari itu
dewan sekolah berkumpul seperti biasanya.
Di antara keputusan dan rekomendasi yang
dikeluarkan dewan dalam pertemuan ini
adalah pemeriksaan mendadak bagi siswi di
dalam aula. Dan benar, dibentuklah tim
khusus untuk melakukan pemeriksaan dan
mulai bekerja. Sudah barang tentu,
pemeriksaan dilakukan terhadap segala hal
yang dilarang masuk di lingkungan sekolah
seperti hand phone berkamera, foto-foto,
gambar-gambar dan surat-surat cinta serta
yang lainnya.
Keamanan saat itu nampak normal dan stabil,
kondisinya sangat tenang. Para siswi
menerima perintah ini dengan senang hati.
Mulailah tim pemeriksa menjelajah semua
ruangan dan aula dengan penuh percaya diri.
Keluar dari satu ruangan masuk ke ruangan
lainnya. Membuka tas-tas para siswi di depan
mereka. Semua tas kosong kecuali berisi
buku-buku, pena dan peralatan kebutuhan
kuliah lainnya. Hingga akhirnya pemeriksaan
selesai di seluruh ruangan kecuali satu
ruangan. Di situlah bermula kejadian. Apakah
sebenarnya yang terjadi ???
Tim pemeriksa masuk ke ruangan ini dengan
penuh percaya seperti biasanya. Tim meminta
izin kepada para siswi untuk memeriksa tas-
tas mereka. Dimulailah pemeriksaan.
Saat itu di ujung ruangan ada seorang siswi
yang tengah duduk. Dia memandang kepada
tim pemeriksa dengan pandangan terpecah
dan mata nanar, sedang tangannya
memegang erat tasnya. Pandangannya
semakin tajam setiap giliran pemeriksaan
semakin dekat pada dirinya. Tahukah anda,
apakah yang dia sembunyikan di dalam
tasnya ???
Beberapa saat kemudian tim pemeriksa
memeriksa siswi yang ada di depannya. Dia
pun memegang sangat erat tasnya. Seakan
dia mengatakan, demi Allah mereka tidak
akan membuka tas saya. Dan tiba lah giliran
pemeriksaan pada dirinya. Dimulailah
pemeriksaan.
Tolong buka tasnya anakku, kata seorang
guru anggota tim pemeriksa. Siswi itu tidak
langsung membuka tasnya. Dia melihat
wanita yang ada di depannya dalam diam
sambil mendekap tas ke dadanya. Barikan
tasmu, wahai anakku, kata pemeriksa itu
dengan lembut. Namun tiba-tiba dia berteriak
keras: tidak … tidak … tidak …
Teriakan itu memancing para pemeriksa
lainnya dan merekapun berkumpul di sekitar
siswi tersebut. Terjadilah debat sengit:
berikan … tidak … berikan … tidak …
Adakah rahasia yang dia sembunyikan??? Dan
apa yang sebenarnya terjadi???
Maka terjadilah adegan pertarungan tangan
untuk memperebutkan tas yang masih tetap
berada dalam blockade pemiliknya. Para siswi
pun terhenyak dan semua mata terbelalak.
Seorang dosen wanita berdiri dan tangannya
diletakan di mulutnya. Ruangan tiba-tiba
sunyi. Semua terdiam. Ya Ilahi, apakah
sebenarnya yang ada di dalam tas tersebut.
Apakah benar bahwa si Fulanah (siswi)
tersebut ….
Setelah dilakukan musyawarah akhirnya tim
pemeriksa sepakat untuk membawa sang
siswi dan tasnya ke kantor, guna melanjutkan
pemeriksaan yang barang kali membutuhkan
waktu lama …
Siswi tadi masuk kantor sedang air matanya
bercucuran bagai hujan. Matanya
memandang ke arah semua yang hadir di
ruangan itu dengan tatapan penuh benci dan
marah. Karena mereka akan mengungkap
rahasia dirinya di hadapan orang banyak.
Ketua tim pemeriksa memerintahkannya
duduk dan menenangkan situasi. Dia pun
mulai tenang. Dan kepala sekolah pun
bertanya, apa yang kau sembunyikan di
dalam tas wahai anakku …?
Di sini, dalam saat-saat yang pahit dan sulit,
dia membuka tasnya. Ya Ilahi, apakah
gerangan yang ada di dalamnya??? Bukan.
Bukan. Tidak ada sesuatu pun yang dilarang
ada di dalam tasnya. Tidak ada benda-benda
haram, hand phone berkamera, gambar dan
foto-foto atau surat cinta. Demi Allah, tidak
ada apa-apa di dalamnya kecuali sisa
makanan (roti). Ya, itulah yang ada di dalam
tasnya.
Setelah ditanya tentang sisa makanan yang
ada di dalam tasnya, dia menjawab, setelah
menarik nafas panjang.
"Ini adalah sisa-sisa roti makan pagi para
siswi, yang masih tersisa separoh atau
seperempatnya di dalam bungkusnya.
Kemudian saya kumpulkan dan saya makan
sebagiannya. Sisanya saya bawa pulung
untuk keluarga saya di rumah …Ya, untuk ibu
dan saudara-saudara saya di rumah. Agar
mereka memiliki sesuatu yang bisa disantap
untuk makan siang dan makan malam. Kami
adalah keluarga miskin, tidak memiliki siapa-
siapa. Kami bukan siapa-siapa dan memang
tidak ada yang bertanya tentang kami. Alasan
saya untuk tidak membuka tas, agar saya
tidak malu di hadapan teman-teman di
ruangan tadi."
Tiba-tiba suara tangis meledak ruangan
tersebu. Mata semua yang hadir bercucuran
air mata sebagai tanda penyesalan atas
perlakukan buruk pada siswi


No comments:

Post a Comment

Contact Us

Name

Email *

Message *

Back To Top