Proses pembelajaran tentunya akan dapat dilaksanakan dengan lebih baik apabila telah dirancang dengan baik pula. Selain itu, guru perlu memerluas wawasan tentang berbagai pendekatan, model, metode, maupun strategi pembelajaran. Pembelajaran perlu dibuat agar siswa dapat membangun pengetahuannya sehingga pembelajaran dapat berpusat pada siswa. Oleh sebab itu, guru perlu mencari cara lain dalam mengajar agar lebih efektif. Menurut Forsyth, Jolliffe, & Stevens (2004:69), “learning is an active process. In order to learn a person has to take part in various learning activities. Interaction is an essential element of learning”. Pendapat tersebut memberi pengertian bahwa belajar merupakan suatu proses aktif. Untuk belajar, seseorang perlu mengambil bagian dalam berbagai aktivitas belajar. Interaksi merupakan unsur penting dalam belajar. Akibatnya, seseorang perlu berinteraksi secara langsung dengan apa yang sedang dipelajarinya. Keterlibatan pebelajar dalam aktivitas secara aktif dapat membantunya untuk belajar. Kegiatan belajar seharusnya dirancang agar bervariasi agar memungkinkan pebelajar untuk mendapatkan pengalaman yang bervariasi pula.
Pernyataan-pernyataan
tersebut sejalan dengan Piaget yang berpendapat bahwa belajar merupakan suatu
proses pengonstruksian dimana seseorang membangun pengetahuan melalui interaksi
dengan lingkungan (Arends, 2012: 330; Kryiacou, 2009: 24).
Menurut Piaget, siswa usia SMP sudah dapat melakukan operasi
formal dimana anak sudah mampu melakukan penalaran dengan menggunakan hal-hal
abstrak sehingga penggunaan benda-benda konkret tidak diperlukan lagi. Akan
tetapi, Brunner mengungkapkan dalam teorinya bahwa dalam proses belajar anak
sebaiknya diberi kesempatan untuk memanipulasi benda-benda (alat peraga). Dalil
ini menyatakan bahwa manipulasi benda-benda diperlukan dalam pengonstruksian
pemahaman siswa (Suherman, et al., 2001: 43 - 45). Hal ini didukung oleh
pernyataan Boggan, Harper, dan Whitmire (2010: 5) bahwa siswa pada segala
tingkat pendidikan dan kemampuan akan mendapat keuntungan dari penggunaan alat
peraga manipulatif. Dengan kata lain, penggunaan alat peraga manipulatif dapat
berpengaruh positif terhadap kualitas pembelajaran.
Selain media pembelajaran berupa media fisik alat peraga,
terdapat pula media pembelajaran ICT. Media tersebut memanfaatkan potensi
perkembangan teknologi informasi dan komunikasi dalam mengefektifkan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran. Terdapat hubungan yang positif
antara penggunaan teknologi dengan prestasi belajar seperti yang terjadi di
Singapura jika teknologi digunakan secara tepat. Hal tersebut berbeda dengan
yang terjadi di Amerika Serikat di mana tidak terdapat hubungan di antara
keduanya (Alsafran & Brown, 2012: 1). Artinya, belum tentu siswa yang
mendapat pembelajaran yang menggunakan teknologi, dalam hal ini komputer,
selalu mendapat prestasi yang baik jika tidak digunakan secara tepat.
Penggunaan alat tersebut baik media fisik alat peraga maupun
media ICT dapat dilakukan pada semua tingkat pendidikan, bukan hanya di Sekolah
Dasar saja. Bahkan, siswa baik yang berkemampuan tinggi, sedang, maupun rendah
akan mendapat keuntungan jika mendapat pembelajaran dengan menggunakan alat
peraga maupun media ICT. Keuntungan ini mungkin saja dalam aspek kognitif,
afektif, maupun psikomotor. Media pembelajaran dapat digunakan sebagai jembatan
siswa dalam memahami konsep abstrak dari obyek matematika melalui
pemanipulasian benda-3
benda nyata baik
secara individu, kelompok, maupun klasikal. Oleh sebab itu penggunaan media
pembelajaran baik media fisik berupa alat peraga maupun media ICT dalam
pembelajaran matematika perlu dipelajari oleh para guru.
1. Pengertian Media Pembelajaran
Media merupakan kata jamak dari medium yang berasal dari
bahasa latin yang berarti “antara” yaitu segala sesuatu yang membawa informasi
antara sumber informasi dan penerima (Smaldino, et al., 2005: 9). Pernyataan
tersebut dapat diartikan bahwa segala sesuatu yang dapat menjembatani informasi
antara sumber informasi dan penerima dapat dikatakan sebagai media. Pendapat
lain mengatakan bahwa media diartikan sebagai alat fisik dari komunikasi antara
lain buku, modul cetak, teks terprogram, komputer, slide/pita presentasi, film,
pita video, dan sebagainya (Gagne & Briggs, 1979: 175). Dengan kata lain,
media merupakan benda fisik yang dapat menjadi penghubung komunikasi dari
sumber informasi kepada orang lain yang melihat, membaca, atau menggunakannya.
Benda tersebut dapat berbentuk cetak maupun noncetak.
Newby, et al. (2006: 308) menyatakan bahwa pembelajaran merupakan
pemilihan dan pengaturan informasi, kegiatan, metode, dan media untuk membantu
siswa mencapai tujuan belajar yang telah direncanakan. Dalam pembelajaran
terjadi pengaturan siswa untuk dapat belajar melalui kegiatan yang akan
dilaksanakan, pemilihan metode dan media yang akan digunakan, serta adanya
target pengetahuan atau kemampuan yang akan diperoleh setelah mengikuti
serangkaian kegiatan. Semua hal tersebut dilakukan atau digunakan agar dapat
membantu siswa untuk mencapai target berupa tujuan belajar yang telah
direncanakan sebelum pembelajaran dilaksanakan.
Media yang digunakan untuk menyampaikan pesan guna mencapai
suatu tujuan pembelajaran didefinisikan sebagai media pembelajaran (Smaldino,
et al., 2005: 9). Dengan demikian, media pembelajaran adalah segala alat yang
dapat membantu tercapainya tujuan pembelajaran. Senada dengan definisi
tersebut, Newby, et al. (2006: 308) mendefinisikan media pembelajaran sebagai
saluran dari komunikasi yang membawa pesan dengan tujuan yang berkaitan den gan
pembelajaran yang dapat berupa cara atau alat lain yang dengannya informasi
dapat disampaikan atau dialami siswa.
Pernyataan tersebut
dapat diartikan bahwa media pembelajaran juga dapat berupa cara atau alat untuk
berkomunikasi dengan siswa. Segala sesuatu yang digunakan sebagai penyampai
pesan pembelajaran diidentifikasi sebagai media pembelajaran. Dengan kata lain, media pembelajaran membantu siswa
dalam mendapat atau membangun informasi atau pengetahuan.
Dari beberapa
pendapat tersebut, media dapat diartikan sebagai alat fisik komunikasi yang
berfungsi menyampaikan informasi (pengetahuan) dari sumber ke penerima
informasi. Adapun media pembelajaran merupakan alat atau perantara untuk
memfasilitasi komunikasi dari sumber belajar ke siswa dan mendukung proses
belajar guna mencapai tujuan belajar.
2. Macam Media
Pembelajaran
Menurut
bentuknya, media
yang digunakan dalam belajar dan pembelajaran secara umum dibedakan menjadi
media cetak dengan noncetak serta media audio dengan nonaudio. Secara lebih
spesifik, media dapat berupa antara lain teks, audio, visual, media bergerak,
obyek/media yang dapat dimanipulasi (media manipulatif), dan manusia.
Media teks merupakan jenis media yang paling
umum digunakan. Media ini berupa karakter huruf dan bilangan yang disajikan
dalam buku, poster, tulisan di papan tulis, dan sejenisnya (Smaldino, et al.,
2005: 9; Newby, et al., 2006: 21).
Media audio
meliputi segala
sesuatu yang dapat didengar misalnya suara seseorang, musik, suara mesin, dan
suara-suara lainnya.
Media visual
meliputi berbagai
bagan, gambar, foto, grafik baik yang disajikan dalam poster, papan tulis,
buku, dan sebagainya.
Media
bergerak merupakan
media yang berupa gambar bergerak misalnya video/film dan animasi.
Adapun media
manipulatif adalah benda tiga dimensi yang dapat disentuh dan digunakan
dengan tangan oleh siswa.
Manusia juga dapat berperan sebagai media pembelajaran. Siswa dapat
belajar dari guru, siswa yang lain, atau orang lain.
Adapun menurut
fungsinya, Suherman, et al. (2001: 200) mengelompokkan media menjadi dua
bagian yaitu:
- pembawa informasi (ilmu pengetahuan)
- alat untuk menanamkan konsep
Contoh media
sebagai pembawa informasi yaitu papan tulis, kapur, spidol, jangka, mistar,
komputer/laptop, dan LCD Proyektor. Terkadang media ini digolongkan sebagai sarana
atau alat bantu. Adapun contoh media yang sekaligus alat penanaman
konsep misalnya alat peraga matematika, lembar kerja, bahkan kapur pun selain
merupakan pembawa informasi dapat pula menjadi alat penanaman konsep operasi
bilangan bulat atau model bangun ruang tabung.
3. Pengertian
Alat Peraga
Gerakan fisik
merupakan salah satu dasar dalam belajar. Untuk belajar secara efektif, siswa
harus ikut berpartisipasi dalam kegiatan, bukan hanya sebagai penonton.
Manipulasi peralatan yang digunakan dalam pembelajaran harus dapat
mengabstraksikan suatu ide atau model. Kontak dengan benda nyata dapat membantu
pemahaman terhadap ide-ide abstrak. Van Engen menegaskan peran sensory
learning dalam pembentukan konsep. Reaksi terhadap dunia benda konkret
merupakan dasar darimana struktur ide-ide abstrak muncul (Jackson &
Phillips, 1973: 302). Lebih lanjut, guru perlu merancang aktivitas belajar yang
memanfaatkan benda fisik, memfasilitasi terjadinya interaksi sosial, dan
memberi kesempatan siswa untuk berpikir, memberi alasan, dan membentuk
kesadaran akan pentingnya matematika, bukan hanya diceritakan oleh guru (Burns,
2007: 32). Benda fisik dalam pernyataan ini dapat diartikan sebagai benda yang
dapat membantu siswa dalam membangun pengetahuan.
Alat peraga
merupakan istilah dari Bahasa Indonesia yang terdiri dua kata yaitu “alat” dan
“peraga” sehingga secara harfiah alat peraga adalah alat yang digunakan untuk
memperagakan. Dalam konteks pembelajaran matematika, alat peraga matematika
adalah alat yang memperagakan konsep dan prinsip matematika. Maksud dari “memperagakan” dalam
konteks ini adalah menjadikan konsep dan prinsp matematika jelas secara visual,
atau konkrit (dapat disentuh), atau bekerja pada suatu konteks.
Dalam media pembelajaran, terdapat pula istilah “hands-onmaterials” yang dapat
diartikan sebagai material atu benda yang dapat dipegang. Istilah ini dapat
pula diartikan sebagai alat (peraga) manipulative karena dapat dioperasikan
(dimanipulasi) menggunakan tangan untuk memperagakan suatu hal. Menurut
Posamentier, Smith, dan Stepelman (2010: 6), hand-on materials atau alat
peraga manipulatif adalah benda nyata yang memungkinkan siswa dapat
menyelidiki, menyusun, memindah, mengelompokkan, mengurutkan, dan
menggunakannya ketika mereka menemui konsep model dan soal-soal matematika.
Alat peraga manipulatif di sini dapat dimaknai sebagai alat yang digunakan
untuk membantu siswa memahami matematika melalui benda nyata yang tidak hanya
dapat digunakan oleh guru saja, tetapi juga siswa. Siswa dapat menyentuh,
mengontrol, dan mengoperasikan alat peraga manipulatif tersebut dalam rangka
mempelajari benda itu sendiri atau membantu mempelajari hal lain yang terkait
dengannya. Alat peraga manipulatif membantu penyelidikan dalam pembelajaran.
Alat peraga
berupa model dalam kaitannya dengan media mengacu pada representasi konkret
konstruksi mental atau ide-ide (Johnson, Berger, & Rising, 1973: 235).
Representasi konkret dari konstruksi mental atau ide dapat diartikan sebagai
gambar atau benda nyata yang dapat menggambarkan obyek atau konsep abstrak, di
mana kedua hal ini ada dalam matematika.
Salah satu
tipe media yang memfasilitasi untuk melakukan gerakan fisik untuk belajar
adalah alat peraga manipulatif. Media ini berupa benda tiga dimensi yang dapat
disentuh maupun dikontrol oleh pebelajar ketika belajar (Smaldino, et al.,
2005: 9, 214). Lebih lanjut, alat peraga manipulatif mengacu pada benda-benda
konkret yang, ketika digunakan siswa dan guru, dapat memberikan kesempatan
siswa untuk mencapai tujuan tertentu (Jackson & Phillips, 1973: 301).
Dengan belajar menggunakan media tersebut diharapkan dapat mempermudah siswa
dalam mengonstruksi pemahamannya.
Dari beberapa
pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa alat peraga manipulatif adalah
media berupa benda nyata tiga dimensi yang dapat menggambarkan secara konkret
suatu obyek, ide, model, atau konsep abstrak dan memungkinkan untuk digerakkan atau
dimanipulasi secara fisik dalam kaitannya dengan pembentukan konsep bagi
penggunanya, dalam hal ini siswa.
4. Fungsi Alat Peraga
Menurut Pujiati dan Hidayat (2015: 32), secara umum fungsi
alat peraga adalah:
- memudahkan memahami konsep matematika yang abstrak
- menjadi sumber konkrit untuk mempelajari satu atau lebih konsep matematika
- memotivasi siswa untuk menyukai pelajaran matematika
Secara lebih khusus, alat peraga dapat dikelompokkan menurut
fungsinya sebagai berikut.
a. Alat peraga sebagai model
Dalam hal ini, alat peraga berfungsi untuk membantu dalam
memvisualkan atau mengkonkretkan (physical)
konsep matematika. Menurut Smaldino, et al. (2005: 214 – 215), model merupakan
benda tiga dimensi yang berupa representasi dari benda nyata. Dengan demikian,
model merupakan suatu benda yang mirip atau dapat menggambarkan benda lainnya.
Contoh alat
peraga jenis ini antara lain adalah model bangun ruang padat dan model bangun
ruang rangka. Kegunaan alat peraga jenis ini adalah untuk memodelkan ataupun
menunjukkan bentuk bangun yang sesungguhnya.
b. Alat peraga
sebagai jembatan
Alat peraga
ini bukan merupakan wujud konkrit dari konsep matematika, tetapi merupakan
sebuah cara yang dapat ditempuh untuk memperjelas pengertian suatu konsep
matematika. Beberapa contoh penggunaan alat peraga jenis ini adalah adalah
kuadrat lengkap Al-Khwarizmi, model Pythagoras,
jumlah sudut bangun datar.
sumber : SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATERI PEDAGOGIK
No comments:
Post a Comment