A. Pengertian Beriman
Kepada Malaikat Allah SWT
Iman kepada Malaikat Allah merupakan rukun iman yang kedua setelah
beriman kepada Allah SWT. Dengan meyakini adanya Malaikat, iman kita menjadi
tebal sehingga dapat menjadi mukmin yang sejati dan berbuat kebaikan. Sebab
merasa selalu ada yang mengawasi semua aktivitas kita sehari-hari.
Adapun Malaikat merupakan makhluk ghaib ciptaan Allah SWT. Yang
berasal dari cahaya (nur). Malaikat selalu taat kepada Allah tanpa pernah
membantah tugas yang diberikannya. Malaikat selalu bertasbih menyucikan nama
Allah SWT. Wujud malaikat adalah ghaib. Ghaib adalah segala sesuatu yang
diyakini keadaannya tetapi tidak tampak atau terlihat oleh kasat mata serta
tidak dapat ditangkap oleh panca indra.
Makhluk ghaib ini berbeda dengan makhluk nyata yang bisa dilihat
oleh mata, seperti manusia, binatang, dan tumbuh-tumbuhan. Malaikat tidak
berjenis kelamin laki-laki maupun perempuan. Malaikat juga memiliki akal,
tetapi Allah tidak memberikan hawa nafsu, sehingga tidak mempunyai keinginan,
seperti keinginan makan dan minum.
Malaikat tidak pernah berbuat dosa sehingga termasuk makhluk suci.
Sungguh beruntung apabila manusia dapat berperilaku suci sehingga tidak berbuat
dosa, seperti para rasul dan Nabi Allah serta umat Allah yang beriman dan
bertaqwa.
Segala tindakan dan gerak gerik kita bahkan ucapan yang keluar dari
mulut adalah tidak terlepas dari pengawasan Malaikat, Allah seraya berfirman; “Tiada
suatu ucapan pun diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang
selalu hadir.” (QS. Qaaf : 18).
Iman kepada malaikat Allah adalah termasuk salah satu rukun iman
yang ke 2.
Malaikat adalah makhluk ciptaan Allah SWT. Malaikat termasuk
makhluk ciptaan Allah yang ghaib yang tidak dapat dilihat, diraba, maupun
didengar. Walaupun benar-benar ada.
Sesungguhnya iman kepada Malaikat merupakan salah satu prinsip dari
prinsip-prinsip “Aqidah”. Tidak sempurna iman seseorang melainkan dengan
beriman kepada para Malaikat. Malaikat merupakan bagian dari alam ghaib yang
dengannya Allah memuji orang-orang yang beriman, yaitu mereka yang percaya
kepada berita-berita yang telah disampaikan Allah SWT dan Rasul-Nya.
Iman kepada malaikat adalah membenarkan sepenuh hati sesungguhnya
Allah SWT mempunyai malaikat yang diciptakan dari cahaya, mereka tidak
bermaksiat kepada Allah SWT pada apa yang dia perintahkan dan mereka melakukan
pada apa yang diperintahkan oleh Allah SWT kepada mereka.
Iman Kepada Malaikat Allah SWT mengandung Empat Perkara
1. Iman dengan keberadaan mereka.
2. Iman kepada siapa yang telah kita ketahui
namanya diantara mereka dengan namanya itu sendiri, seperti Jibril, sedangkan
sipa yang belum kita ketahui namanya, maka kita beriman kepadanya secara global
(masuk dalam iman pada keseluruhan Malaikat).
3. Iman pada apa yang kita ketahui tentang
kedaan mereka, seperti sifat Malaikat Jibril yang Nabi telah mengabarkan bahwa
beliau melihatnya, dengan bentuk asli penciptaannya dengan 600 sayap yang telah
menutup ufuk. Kadang malaikat berubah bentuk ke bentuk laki-laki sebagaimana
yang telah terjadi pada Malaikat Jibril dalam hadist tentang pertanyaannya
masalah iman dan islam yang telah lalu.
4. Iman pada apa yang telah kita ketahui
tentang amal perbuatan mereka dalam merealisasikan perintah-perintah Allah
seperti bertasbih dan beribadah kepada Allah siang dan malam, karena
sesungguhnya Malaikat tercipta dengan tabi’at-tabi’at menaati Allah SWT. Dan
mereka tidak memiliki kemampuan untuk bermaksiat.
Allah berfirman :
يَأيُها الّذِينَ
ءاَمَنُوا قُوٓاْ أنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيْكُم نَارًا وَقُوْدُهَا النَّاسُ
وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهاَ مَلَٸِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَّايَعْصُونَ اَللهَ مَآ
اَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُوْنَ مَايُٶمَرُوْنَ (٦)
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan
keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu;
penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah
terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa
yang diperintahkan” (QS. At-Tahrim : 6).
Jadi, perbuatan
mereka meninggalkan kemaksiatan dan melaksanakan ketaatan merupakan tabi’at
penciptaan, Allah tidak membebani mereka sedikitpun mujahadah (perjuangan
melawan melawan hawa nafsu) sebab mereka tidak mempunyai syahwat.
Sifat-sifat
Penciptaan Malaikat dan Hal-hal yang Berkaitan Dengannya
1. Bahan Penciptaan
Malaikat
Rosulullah SAW memberitahukan kepada kita dalam hadits yang
diriwayatkan dari ‘Aisyah binti Abi Bakar RA. Bahwabahan yang menyusun
penciptaan Malaikat adalah cahaya. Sebagaimana Rasulullah SAW. “Malaikat
diciptakan dari cahaya, Jin diciptakan dari kobaran api, dan Adam diciptakan
dari apa-apa yang telah diterangkan kepada kalian.” (HR. Imam Muslim).
Sedangkan apa yang diriwayatkan dari Ikrimah RA; bahwa ia berkata :
“Malaikat itu diciptakan dari cahaya kemuliaan, dan Iblis diciptakan dari
api kehinaan.”
Juga apa yang diriwayatkan dari Abdullah bin ‘Amr bahwa ia berkata
: “Allah menciptakan Malaikat dari cahaya kedua hasta dan dada.”
2. Kapan Malaikat
Diciptakan?
Kita tidak mengetahui secara pasti kapan diciptakannya para
Malaikat. Allah SWT tidak mengabarkan kepada kita tentangnya. Akan tetapi kita
mengetahui bahwa Allah SWT, menciptakan Malaikat sebelum Allah menciptakan Nabi
Adam AS, bapak manusia. Allah telah mengabarkan kepada kita bahwa Allah
memberitahukan kepada Malaikat-Nya bahwa Dia hendak menjadikan seorang Khalifah
di atas bumi. Allah berfirman :
وَإِذْقَالَ رَبُّكَ
لِلْمِلَئِكَةِ إِنّىِ جَاعِلٌ فِى الْأَرْضِ خَلِيْفَةًۖۖ
yang artinya “Dan ingatlah ketika rabb-mu berfirman kepada para
Malaikat, Aku menjadikan khalifah di bumi....” (QS. Al-Baqarah : 30).
Yang dimaksudkan dengan khalifah disini ialah Nabi Adam AS.
Kemudian Allah SWT menciptakannya.
3. Agungnya Wujud
Malaikat
Untuk menggambarkannya kami cukupkan dengan menyebutkan beberapa
hadist yang berbicara tentang dua malaikat yang mulia berikut ini :
Pertama : Besarnya Wujud Jibril
Imam Ahmad RA, meriwayatkan dalam musnadnya dari Abdullah yang
mulia bin Mas’ud RA, Ia berkata;
Artinya : “Rasulullah SAW melihat Jibril dalam penampakan aslinya,
ia memiliki 600 sayap, setiap sayapnya menutupi ufuk. Dari setiap sayapnya
berguguran mutiara dan permata yang berwarna-warni yang hanya diketahui Allah.”
Dan telah diriwayatkan dalam Sunan At-Tirmidzi dengan sanad shahih
bahwasanya Rasululah SAW bersabda tentang Malaikat Jibril;
Artinya : “Aku melihat dirinya Malaikat Jibril turun dari langit.
Besar tubuhnya memenuhi antara langit dan bumi.”
Allah berfirman mengenai sifatnya,
إِنَّهُ رَسُولٍ كَرِيْمٍ (١٩ ) ذِى قُوَّةٍ عِنْدَذِى الْعَرْشِ مَكِيْنٍ (٢٠
)
مُّطَاعٍ ثَمَّ أَميْنٍ (٢١ )
Artinya : “Sesungguhnya (Al-Qur’an) itu
benar-benar firman Allah yang dibawa oleh utusan yang mulia (Jibril), yang
memiliki kekuatan, memiliki kedudukan tinggi disisi (Allah ) yang memiliki
‘Arsy yang disana (di alam malaikat) ia di taati dan dipercaya”. (QS. At-Takwiir : 19-21).
Yang dimaksud dengan (Rasulun karim) di ayat ini adalah malaikat
Jibril. Dan yang dimaksud (Wadzil ‘Arsy) yaitu Rabb yang memiliki Kemuliaan dan
Maha Suci.
Kedua : Agungnya Penampakan Malaikat
Pemikul ‘Arsy
Imam Abdul Daud RA, telah meriwayatkan dari
Jabir bin Abdilah RA, bahwa Rasulullah SAW bersabda :
Artinya : “Aku diperkenankan untuk
menceritakan salah satu Malaikat pemikul ‘Arsy antara telinga bagian bawah dan
pundaknya sejauh jarak perjalanan 700 tahun.”
Diriwayatkan juga oleh Ibnu Abi Hatim RA,
dengan lafadz, “... sejauh jarak perjalanan burung terbang (selama 700 tahun).”
Ath-Tabrani meriwayatkan dalam kitabnya,
Al-Mu’jam Al-Ausath dengan sanad yang shahih, dari Anas RA, ia berkata,
Rasulullah SAW bersabda :
Artinya : “Aku dipercayakan untuk
menceritakan salah satu malaikat pemikul ‘Arsy. Kedua kakinya di bumi yang
paling bawah, dan ‘Arsy diatas pundaknya sejauh jarak burung terbang selama 700
tahun.” Malaikat itu mengucapkan “Maha suci Engkau dimana pun Engkau berada.”
4. Sayap-sayap Malaikat
Malaikat memiliki sayap-sayap sebagaimana yang telah Allah Ta’ala
kabarkan kepada kita. Diantara mereka ada yang memiliki dua pasang sayap, ada
yang tiga, ada yang empat, dan ada yang lebih banyak lagi dari itu.
اَلْحَمْدُلِلهِ
فَاطِرِ السَّمٰوَاتِ وَالأَرْضِ جَاعِلِ الْمَلَئِكَةِ رُسُلاً أُوْلىِ
أَجْنِحَةِ مَّثْنَىٰ وَثُلَثَ وَرُبَعَۚ يَزِيْدُ فِى الْخَلْقِ مَا يَشَآءُۚ
ٳِنَّ اللهَ عَلَىٰ كُلّ شَىْءٍ قَدِيْرٌ(١)
Artinya: “Segala puji bagi Allah Pencipta
langit dan bumi, yang menjadikan Malaikat sebagai utusan-utusan (untuk mengurus
berbagai macam urusan) yang mempunyai sayap, masing-masing ada yang dua, tiga
dan empat. Allah menambahkan pada ciptaan-Nya apa yang Dia kehendaki. Sungguh,
Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (QS. Faathir : 1).
Makna dari, “Allah menjadikan mereka
sebagai sosok yang bersayap,” yaitu sebagian mereka (Malaikat) memiliki dua
pasang sayap, ada yang lebih banyak lagi.
5. Indahnya Malaikat
Allah Ta’ala menciptakan Malaikat dalam penampakan yang indah dan
mulia. Hal ini sebagaimana firman Allah Ta’ala tentang Jibril,
عَلَّمَهُ ،
شَدِيْدُ القُوَىٰ (١) ذُو مِرَّةٍ فَا سْتَوَىٰ (٢)
Artinya : Yang diajarkan kepadanya oleh
(Jibril) yang sangat kuat, yang mempunyai keteguhan maka (Jibril itu)
menampakkan diri dengan rupa yang asli (rupa yang bagus dan perkasa). (QS. An-Najm :5-6).
Ibnu ‘Abbas RA, berkata (Dzu Marratin),
yaitu indah untuk dilihat. “Qatadah RA berkata, “yaitu memiliki postur yang
tinggi lebih indah.” Ada pula yang mengatakan (Dzu Marratin), “yaitu yang
memiliki kekuatan.” Tidak ada pertentangan di antara pendapat-pendapat
tersebut, yaitu lafadz tersebut artinya kuat dan indah untuk dilihat.
6. Perbedaan antara
Malaikat dalam Postur dan Kedudukan
Malaikat tidak diciptakan dalam satu rupa dan ukuran. Sebagian
antara mereka memiliki dua sayap, sedangkan Jibril memiliki 600 sayap. Dan di
sisi Allah SWT, mereka memiliki kedudukan yang berbeda-beda yang telah
diketahui. Allah SWT berfirman :
وَمَا مِنَّآ إِلَّا لَهُ، مَقَامٌ مَعْلُوْمٌ (١٦٤)
Artinya : “Dan tidak satu pun diantara kami
(Malaikat) melainkan masing-masing mempunyai kedudukan tertentu (QS.
Ash-Shaaffaat : 164)
7. Malaikat Tidak
Disifati dengan Jenis Laki-laki maupun Perempuan
Diantara sebab sesatnya manusia ketika berbicara tentang alam ghaib
bahwa sebagian mereka berusaha untuk menakar alam ghaib ini dengan ukuran
manusia yang bersifat duniawi. Maka, pernah kami dapati salah seorang diantara mereka
dalam makalahnya disebuah koran mereka merasa heran bahwa Jibril pernah datang
kepada Rasulullah SAW. Bagaimana mungkin Jibril mampu datang dalam kecepatan
yang luar biasa ini, sementara cahaya saja membutuhkan berjuta-juta tahun
cahaya untuk sampai dari satu bintang ke bintang yang lain di langit?
Padahal diantara dosa yang paling besar adalah berbicara atas nama
Allah tanpa dasar ilmu. Allah SWT berfirman :
وَجَعَلوْا الْمَلَٸِكَةَ
الَّذِيْنَ هُمْ عِبَٰدُ الّرحْمَنِ إِنَٰثًاۚ ٲَشَهِدُوْا خَلْقَهُمْۚ سَتُكْتَبُ
شَهَٰدَتُهُمْ وَيُسْٸَلُوْنَ(۱۹)
Artinya : “Dan mereka menjadikan para
Malaikat hamba-hamba Allah Yang Maha Pengasih itu sebagai jenis perempuan. Apa
mereka menyaksikan penciptaan Malaikat-malaikat itu? Kelak akan dituliskan
kesaksian mereka dan akan dimintakan pertanggung jawaban.” (QS. Az-Zukhruf :
19)
8. Malaikat Tidak Makan
dan Tidak Minum
Sebelumnya telah diketahui bahwa Malaikat tidak disifati jenis
kelamin laki-laki atau perempuan, demikian pula mereka tidak butuh kepada
makanan manusia serta minuman mereka.
فَلَمّا رَءَا أَيْدِيَهُمْ لاَتَصِلُ إِلَيْهِ نَكِرَ هُمْ
وَ اَوْجَسَ مِنْهُمْ خِيْفَةًۚ قَالُوا لَاتَخَفْ إِنَّا أُرْسِلْنَآ إِلَىٰ قَوْمِ
لُوطٍ (٧٠)
Artinya : “Maka, ketika (Nabi Ibrahim) melihat tangan mereka takut
ketika tidak menjamah (hidangan tersebut), Ibrahim pun mencurigai mereka dan
merasa takut kepada mereka. Mereka (para Malaikat) berkata ‘Jangan takut,
sesungghnya kami adalah (Malaikat-malaikat) yang diutus kepada kaum Luth.” (QS. Huud : 70)
9. Para Malaikat Tidak
Merasakan Bosan dan Tidak Letih
Para Malaikat senantiasa beribadah kepada Allah SWT, taat
kepada-Nya serta melaksanakan perintah-perintah-Nya tanpa rasa letih dan bosan.
Tidaklah mereka merasakan apa yang umumnya dirasakan oleh manusia dari perkara
tersebut.
Allah Ta’ala berfirman tentang sifat para Malaikat :
يُسَبِّحُوْنَ الَّيْلَ
وَ الَّنهَارَ لَا يَفْتُرُوْنَ(٢٠)
Artinya : “Mereka (Malaikat-malaikat) itu
bertasbih malam dan siang, tidak ada henti-hentinya.” (QS.
Al-Anbiyaa’ : 20)
10. Tempat Tinggal
Malaikat
Kedudukan dan tempat tinggal Malaikat adalah dilangit, sebagaimana
firman Allah SWT;
تَكَادُ السَّمَٰوٰتُ
يَتَفَطَّرْنَ مِنْ فَوْقِهِنَّۚ وَالْمَلَٸِكَةُ يُسَبِّحُونَ بِحَمْدِ رَبِّهِمْ
وَيَسْتَغْفِرُوْنَ لِمَنْ فِى الْأَرْضِۗ أَلاَ ٳِنَّ الله هُوَ الغَفُورُ الرَّحِيْمُ
(۵)
Artinya : “hampir saja langit itu pecah
dari sebelah atasnya (karena kebesaran Allah) dan Malaikat-malaikat yang
bertasbih memuji Rabb-Nya, juga memohon ampunan bagi orang-orang yang ada di
bumi, ingatlah, sesungguhnya Allah, Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang.” (QS. Asy-Syuuraa : 5)
B. Pengertian Malaikat
dan Hubungannya dengan Allah SWT
Malaikat adalah makhluk Allah yang tidak pernah iingkar. Malaikat
sangat patuh terhadap perintah Allah SWT. Malaikat tercipta dari cahaya atau
nur. Orang yang beriman kepada Allah ia harus juga beriman kepada adanya
malaikat-malaikat Allah.
Allah menciptakan malaikat untuk membantuNya dalam mengatur
kehidupan manusia. Malaikat adalah makhluk Allah yang tidak pernah ingkar.
Malaikat sangat patuh terhadap perintah Allah SWT. Malaikat berbeda dengan
manusia dan makhluk lainnya, baik sifat maupun asal penciptaannya. Malaikat
tidak dapat dilihat dengan mata karena mereka makhluk yang gaib.
a) Tabi’at Para
Malaikat
Malaikat bertabi’at untuk selalu taat kepada Allah Ta’ala.
Maialikat tidak memiliki kemampuan untuk bermaksiat. Mereka selalu menjauhi
maksiat kepada Allah dan selalu bersikap taat karena Allah Ta’ala menciptakan
mereka demikian. Para malaikat sedikit pun tidak dibebani kemampuan untuk
bermaksiat, karena tidak ada syahwat atau hawa nafsu pada diri mereka.
Secara mutlak para malaikat adalah makhluk yang diperintahkan untuk
selalu beribadah dan melakukan ketaatan. Sebagaimana firman Allah Ta’ala:
يَخَافُوْنَ رَبَّهُمْ
مِنْ فَوْقِهِمْ وَيَفْعَلُوْنَ مَايُؤْمَرُوْنَ (٥٠)
Artinya : “Mereka takut kepada Rabb yang (berkuasa)
diatas mereka dan melaksanakan apa-apa yang diperintahkan (kepada mereka).” (QS.
An-Nahl : 50)
b) Kedudukan Para
Malaikat
Sebaik-baik sifat yang diberikan kepada Malaikat adalah bahwa
mereka hamba-hamba Allah. Malaikat adalah hamba yang disifati dengan seluruh
sifat ‘Ubudiyah (penghambaan), mereka melakukan pelayanan, dan melaksanakan
berbagai perkara yang diberitahukan. Ilmu Allah meliputi mereka. Mereka tidak
mampu untuk melampaui perintah dan melanggar berbagai perkara yang
diberitahukan mereka. Dan senantiasa mereka takut kepada Allah. Seandainya
dimungkinkan sebagian mereka melakukan tindakan melampaui batas, maka sungguh
Allah akan meng-adzab mereka sebagai balasan atas pembangkangannya.
Diantara kesempurnaan penghambaan Malaikat adalah mereka tidak
mendahului Allah dengan memberikan usulan dan mereka pun tidak menyanggah satu
perintah pun dari sekian banyak perintah, melainkan mereka senantiasa
menunaikan perintah-perintah-Nya dan bersegera memenuhi seruan-Nya. Allah
berfirman :
لَايَسْبِقُوْنَهُ، بِآلْقَوْلِ وَهُمْ بِأَ مْرِهِۦ يَعْمَلُوْنَ(٢٧)
Artinya : “Mereka tidak berbicara
mendahului-Nya dan mereka mengerjakan perintah-perintah-Nya.” (QS. A-Anbiyaa’ :
27)
Dan mereka, para Malaikat, tidak
mengerjakan sesuatu apa pun selain yang diperintahkan Allah SWT kepada mereka. Perintah
Allah lah yang menggerakkan mereka dan perintah Allah pula yang menghentikan
mereka pula.
c) Ibadah-ibadah Para
Malaikat
1. Malaikat Bertasbih
Para Malaikat senantiasa berdzikir kepada Allah Ta’ala dan
seagung-agungnya dzikir selalu bertasbih kepada Allah.
Tasbihnya mereka kepada Allah berlangsung secara terus menerus
siang maupun malam. Allah SWT berfirman;
يُسَبِّحُوْنَ آلَّيْلَ وَآلَّنهَارَ لَا يَفْتُرُوْنَ (٢٠)
Artinya : “Mereka (Malaikat-malaikat) bertasbih
tidak henti-hentinya malam dan siang.” (QS. Al-Anbiyaa’ : 20)
2. Malaikat Ber-Sholat
Rasulullah SAW bersabda : “Tidakkah kalian berbaris seperti
berbarisnya para Malaikat dihadapan Rabb-Nya? Dan ketika beliau ditanya
bagaimana berbarisnya para malaikat, maka beliau menjawab: “Mereka
menyempurnakan (dahulu) barisan pertama, kemudian barulah yang setelahnya. Dan
mereka para malaikat saling merapat dalam (shaf) barisan.” (HR. Al-Jama’ah
Bighairi Bukhori).
3. Malaikat Berhaji
Para malaikat memiliki Ka’bah tersendiri di langit ke tujuh, dimana
mereka menunaikan Haji padanya. Ka’bah inilah yang disebutkan oleh Allah SWT
dengan nama Baitul Makmur. Allah Ta’ala bersumpah dengannya di surat At-Thuur
ayat 4 : “Demi Baitul Makmur (Ka’bah).
Terdapat 70.000 Malaikat yang melakukan ibadah shalat setiap hari
kepada Allah dan mengerjakan Thawaf sebagaimana penduduk bumi berthawaf di
Ka’bah mereka. Baitul Makmur adalah Ka’bah bagi penduduk langit yang ketujuh. Dan
pada suatu ketika Rasulullah mendapati Nabi Ibrahim AS, menyandarkan
punggungnya ke Baitul Makmur karena beliaulah yang membangun Ka’bah yang ada di
bumi.
Al-Hafidz Ibnu Katsir RA, juga menyebutkan bahwasanya Baitul Makmur
berada tepat di atas Ka’bah seandainya Baitul Makmur jatuh, maka akan tepat
menjatuhi Ka’bah di Kota Mekkah. Disebutkan juga bahwa pada setiap langit
terdapat rumah yang digunakan untuk beribadah bagi penghuni langit tersebut,
dan mereka mengerjakan shalat didalamnya. Adapun rumah ibadah yang paling bawah
dinamakan Baitul ‘Izzah
4. Takutnya Malaikat
Kepada Allah SWT
Tatkala pengetahuan para Malaikat tentang Rabb mereka sangat besar,
maka pengagungan dan rasa takut mereka pun kepada Allah pun sangatlah besar.
Besar rasa takutnya kepada Rabb mereka dapat tergambar melalui hadist yang
diriwayatkan oleh An-Nawwaas bin Sam’an, ia berkata, Rasulullah bersabda :
“Apabila Allah hendak memberikan perintah, maka Allah berbicara
dengan wahyu, sehingga seluruh langit-langit pun bergetar karenanya, karena
sangat takutnya kepada Allah. Dan apabila hal itu terdengar oleh penduduk
langit, maka mereka tersungkur sujud kepada Allah, dan malaikat yang pertama
kali mengangkat kepalanya adalah Jibril, maka Allah Ta’ala pun menyampaikan
wahyu yang ia inginkan kepada Jibril...” (HR. Ibnu Jarir, Ibnu Khuzaimah,
Ath-Thabrani, dan Ibnu Abi Khatim dengan lafadz darinya).
Adapun dalam kitab Al-Mu’jamul Ausaath karya Imam Ath-Thabrani
dengan Sanad yang Hasan dari Jabir bahwa Rasulullah bersabfa;
“Aku melintasi para Malaikat pada malam aku di isra’kan, sementara
Jibril bagaikan alas tikar yang basah karena takut pada Allah Ta’ala.” (Lihat
Shahih Al-Jaami’ : V/206)
d) Buah Iman Kepada
Malaikat Allah SWT
Meyakini dan mengimani Malaikat Allah SWT, pasti membuahkan
hasil-hasil yang mulia, diantaranya :
1. Ilmu tentang keagungan dan kebesaran
Allah SWT, kekuatan dan kekuasaan-Nya maka dimanakah perbandingan antara
keagungan makhluk dengan keagungan Allah ‘Azza wa Jalla?
2. Rasa syukur kita kepada Allah SWT, atas
perhatina-Nya pada anak cucu Adam ‘Alaihis Salam. Dimana Dia mewakilkan dari
diri para Malaikat itu untuk menjaga, menulis amalan, mengatur rizki,
menyampaikan risalah dan karomah, dan selainnya dari kemashlahatan manusia di
dunia sampai ke alam akhirat.
3. Cinta pada Malaikat, sebab ibadah kita
pada Allah Ta’ala yang selalu mereka tegakkan pada siang dan malam.
4. Manusia akan selalu ingat bahwasanya
hidup di dunia ini tidak boleh sewenang-wenang, sombong apalagi kufur. Karena
siang dan malam kita di awasi oleh malaikat-malaikat yang sangat tunduk dan
setia pada Allah SWT.
5. Manusia sebagai begian dari makhluk Allah
SWt. Tidaklah perlu berkecil hati dalam pengharapan untuk mencapai Ridha Allah
‘Azza wa Jalla. Yang terpenting manusia senantiasa berusaha dan ikhtiar.
Malaikat penyampai wahyu dan risalah selalu siaga untuk emnyampaikan kepada
sang Khaliq yakni Allah SWT atas semua apa yang menjadi harapan dan permohonan
para makhluk-Nya (manusia) di muka bumi.
6. Dalam urusan duniawi, baik urusan
penghasilan, jodoh, pekerjaan, pangkat dan jabatan, hidup kaya atau miskin,
kita sebagai makhluk yang beriman harus optimis dan semangat karena semua sudah
ada yang mengatur, yakni Allah SWT, melalui
para Malaikat-Malaikat-Nya.
7. Waspada bahwa dunia ini adalah fana dan
tidak kekal, yakni ketika ia ingat Malakul maut yang suatu ketika akan
diperintahkan untuk mencabut nyawanya. Karena itu, ia akan semakin rajin
mempersiapkan diri menghadapi hari akhir dengan beriman dan beramal sholeh.
8. Senantiasa
istiqomah (meneguhkan pendirian) dalam menaati Allah karena barang siapa
beriman bahwa para malaikat itu mencatat semua amal pebuatannya, maka ini
menadikannya semakin takut kepada Allah. Sehinga ia tidak akan berbuat maksiat
kepada-Nya, baik secara terang-terangan maupun sembunyi-sembunyi.
9. Bersabar dalam menaati Allah serta
merasakan ketenangan dan kedamaian. Karena sebagai seorang mukmin ia yakin
bahwa bersamanya dalam alam yang luas ini ada ribuan malaikat yang menaati
Allah dengan sebaik-baiknya dan sesempurna-sempurnanya.
C. Nama-nama Malaikat
Walaupun malaikat itu makhluk gaib, tetapi kita wajib mempercayai
adanya malaikat. Percaya kepada Malaikat-malaikat Allah adalah rukun iman yang
kedua.
Secara keseluruhan jumlah malaikat itu banyak sekali. Jumlah yang
pasti hanya Allah saja yang mengetahui. Tetapi, kita selaku umat Islam hanya
diwajibkan mengetahui 10 Malaikat saja. Berikut ini adalah nama kesepuluh
Malaikat tersebut, yaitu :
1. Malaikat Jibril 6. Malaikat Nakir
2. Malaikat Mikail 7. Malaikat Raqib
3. Malaikat Israfil 8. Malaikat Atid
4. Malaikat Izrail 9. Malaikat Malik
5. Malaikat Munkar 10. Malaikat Ridwan
D. Tugas-tugas Malaikat
Tugas kesepuluh Malaikat adalah sebagai berikut :
1. Malaiakt Jibril bertugas menyampaikan
Wahyu dari Allah SWT. Untuk para Nabi dan Rasul-Nya
2. Malaikat Mikail bertugas mengatur pembagian
rezeki kepada makhluk Allah seperti mengatur hujan, memberi buah kepada
tumbuhan dan mengatur tingkat kebaikan kepada makanan.
3. Malaikat Israfil bertugas meniup terompet
sangkakala. Apabila ditiup pertama kali maka semua makhluk akan mati, dan ketika
ditiup untuk kedua kalinya maka semua makhluk akan hidup kembali.
4. Malaikat Izrail bertugas mencabut nyawa
semua makhluk. Malaikat Izrail disebut juga malaikat maut.
5. Malaikat Munkar bertugas memeriksa amal
perbuatan dan mengajukan pertanyaan kepada manusia di alam barzah atau alam
kubur.
6. Malaikat Nakir bertugas seperti malaikat
Munkar.
7. Malaikat Raqib bertugas mencatat amal
perbuatan manusia yang baik.
8. Malaikat Atid bertugas mencatat amal
perbuatan manusia yang buruk.
9. Malaikat Malik bertugas menjaga pintu
neraka, bersifat keras dan tidak mempunyai belas kasihan kepada penghuni
neraka.
10. Malaikat Ridwan bertugas menjaga pintu
surga, bersifat lemah lembut dan ramah kepada penghuni surga.
E. Dalil Naqli
Umat Islam harus beriman (percaya dengan sungguh-sungguh) kepada
malaikat Allah SWT, dimana malaikat itu diberi tugas masing-masing, sesuai
dengan dalil ayat di bawah ini :
ءَامَنَ الَّرسُوْلُ
بِمَا أُنْزِلَ إِلَيْهِ مِنْ رَّبِهِ وَاْلمُٶْمِنُونَۚ كُلُّ ءَامَنَ بِاللَّهِ وَ
مَلَٸِكَتِهِ وَ كُتُبِهِ وَرُسُلِهِ لَا نُفَرِّقُ بَيْنَ أَحَدٍ مِّنْ رُّسُلِهِ
ۦۚ وَقَالُواْ سَمِعْنَا وَ أَطَعْنَاۖ غُفْرَانَكَ رَبَّنَا وَ إِلَيْكَ اْلمَصِيْرُ
(٢٨٥)
Artinya : “Rasul telah beriman kepada
Al-Qur’an yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang
yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya,
kitab-kitab-Nya, dan rasul-rasul-Nya. Mereka mengatakan : “Kami tidak
membeda-bedakan antara seseorang pun dengan yang lain dari rasul-rasul-Nya”,
dan mereka mengatakan : “Kami dengar dan kami taat.” Mereka berdoa : “Ampunilah
kami Ya Tuhan kami dan kepada Engkaulah tempat kembali.” (QS. Al-Baqarah
: 285)
F. Mengekspresikan Rasa
Iman Kepada Malaikat Allah SWT dalam Kehidupan Sehari-hari
Seperti yang telah dijelaskan bahwa para malaikat senantiasa
melaksanakan perintah Allah dan tidak mendurhakai-Nya. Mereka senantiasa
bertasbih memuji Allah yang Maha Suci, sepanjang waktu siang dan malam tanpa
henti. Itulah perilaku dan sifat malaikat yang utama.
Perilaku malaikat berbeda dengan perilaku iblis atau syetan. Jika
iblis atau syetan selalu menentang Allah, seperti dalam kisah iblis menentang
perintah Allah untuk bersujud kepada Nabi Adam, sehingga akhirnya iblis dan
Nabi Adam keduanya diturunkan Allah ke bumi.
Sedangkan bagi manusia jika tunduk dan senantiasa melaksanakan
perintah Allah, dan apabila manusia mengerjakan apa yang dilarang Allah berarti
manusia sudah dikuasai oleh syaetan atau iblis.