Rangkuman Buku Akidah Akhlak Kelas 3 MDTA

Rangkuman Buku Akidah Akhlak Kelas 3 MDTA



Beriman Kepada Malaikat Allah SWT


A.  Pengertian Beriman Kepada Malaikat Allah SWT

Iman kepada Malaikat Allah merupakan rukun iman yang kedua setelah beriman kepada Allah SWT. Dengan meyakini adanya Malaikat, iman kita menjadi tebal sehingga dapat menjadi mukmin yang sejati dan berbuat kebaikan. Sebab merasa selalu ada yang mengawasi semua aktivitas kita sehari-hari.

Adapun Malaikat merupakan makhluk ghaib ciptaan Allah SWT. Yang berasal dari cahaya (nur). Malaikat selalu taat kepada Allah tanpa pernah membantah tugas yang diberikannya. Malaikat selalu bertasbih menyucikan nama Allah SWT. Wujud malaikat adalah ghaib. Ghaib adalah segala sesuatu yang diyakini keadaannya tetapi tidak tampak atau terlihat oleh kasat mata serta tidak dapat ditangkap oleh panca indra.

Makhluk ghaib ini berbeda dengan makhluk nyata yang bisa dilihat oleh mata, seperti manusia, binatang, dan tumbuh-tumbuhan. Malaikat tidak berjenis kelamin laki-laki maupun perempuan. Malaikat juga memiliki akal, tetapi Allah tidak memberikan hawa nafsu, sehingga tidak mempunyai keinginan, seperti keinginan makan dan minum.

Malaikat tidak pernah berbuat dosa sehingga termasuk makhluk suci. Sungguh beruntung apabila manusia dapat berperilaku suci sehingga tidak berbuat dosa, seperti para rasul dan Nabi Allah serta umat Allah yang beriman dan bertaqwa.
Segala tindakan dan gerak gerik kita bahkan ucapan yang keluar dari mulut adalah tidak terlepas dari pengawasan Malaikat, Allah seraya berfirman; “Tiada suatu ucapan pun diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir.” (QS. Qaaf : 18).

Iman kepada malaikat Allah adalah termasuk salah satu rukun iman yang ke 2.
Malaikat adalah makhluk ciptaan Allah SWT. Malaikat termasuk makhluk ciptaan Allah yang ghaib yang tidak dapat dilihat, diraba, maupun didengar. Walaupun benar-benar ada.

Sesungguhnya iman kepada Malaikat merupakan salah satu prinsip dari prinsip-prinsip “Aqidah”. Tidak sempurna iman seseorang melainkan dengan beriman kepada para Malaikat. Malaikat merupakan bagian dari alam ghaib yang dengannya Allah memuji orang-orang yang beriman, yaitu mereka yang percaya kepada berita-berita yang telah disampaikan Allah SWT dan Rasul-Nya.

Iman kepada malaikat adalah membenarkan sepenuh hati sesungguhnya Allah SWT mempunyai malaikat yang diciptakan dari cahaya, mereka tidak bermaksiat kepada Allah SWT pada apa yang dia perintahkan dan mereka melakukan pada apa yang diperintahkan oleh Allah SWT kepada mereka.

Iman Kepada Malaikat Allah SWT mengandung Empat Perkara

1.    Iman dengan keberadaan mereka.
2.    Iman kepada siapa yang telah kita ketahui namanya diantara mereka dengan namanya itu sendiri, seperti Jibril, sedangkan sipa yang belum kita ketahui namanya, maka kita beriman kepadanya secara global (masuk dalam iman pada keseluruhan Malaikat).
3.    Iman pada apa yang kita ketahui tentang kedaan mereka, seperti sifat Malaikat Jibril yang Nabi telah mengabarkan bahwa beliau melihatnya, dengan bentuk asli penciptaannya dengan 600 sayap yang telah menutup ufuk. Kadang malaikat berubah bentuk ke bentuk laki-laki sebagaimana yang telah terjadi pada Malaikat Jibril dalam hadist tentang pertanyaannya masalah iman dan islam yang telah lalu.
4.    Iman pada apa yang telah kita ketahui tentang amal perbuatan mereka dalam merealisasikan perintah-perintah Allah seperti bertasbih dan beribadah kepada Allah siang dan malam, karena sesungguhnya Malaikat tercipta dengan tabi’at-tabi’at menaati Allah SWT. Dan mereka tidak memiliki kemampuan untuk bermaksiat.


Allah berfirman :
يَأيُها الّذِينَ ءاَمَنُوا قُوٓاْ أنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيْكُم نَارًا وَقُوْدُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهاَ مَلَٸِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَّايَعْصُونَ اَللهَ مَآ اَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُوْنَ مَايُٶمَرُوْنَ (٦)
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan” (QS. At-Tahrim : 6).

Jadi, perbuatan mereka meninggalkan kemaksiatan dan melaksanakan ketaatan merupakan tabi’at penciptaan, Allah tidak membebani mereka sedikitpun mujahadah (perjuangan melawan melawan hawa nafsu) sebab mereka tidak mempunyai syahwat.

Sifat-sifat Penciptaan Malaikat dan Hal-hal yang Berkaitan Dengannya

1.    Bahan Penciptaan Malaikat
Rosulullah SAW memberitahukan kepada kita dalam hadits yang diriwayatkan dari ‘Aisyah binti Abi Bakar RA. Bahwabahan yang menyusun penciptaan Malaikat adalah cahaya. Sebagaimana Rasulullah SAW. “Malaikat diciptakan dari cahaya, Jin diciptakan dari kobaran api, dan Adam diciptakan dari apa-apa yang telah diterangkan kepada kalian.” (HR. Imam Muslim).

Sedangkan apa yang diriwayatkan dari Ikrimah RA; bahwa ia berkata : “Malaikat itu diciptakan dari cahaya kemuliaan, dan Iblis diciptakan dari api kehinaan.”

Juga apa yang diriwayatkan dari Abdullah bin ‘Amr bahwa ia berkata : “Allah menciptakan Malaikat dari cahaya kedua hasta dan dada.”

2.    Kapan Malaikat Diciptakan?
Kita tidak mengetahui secara pasti kapan diciptakannya para Malaikat. Allah SWT tidak mengabarkan kepada kita tentangnya. Akan tetapi kita mengetahui bahwa Allah SWT, menciptakan Malaikat sebelum Allah menciptakan Nabi Adam AS, bapak manusia. Allah telah mengabarkan kepada kita bahwa Allah memberitahukan kepada Malaikat-Nya bahwa Dia hendak menjadikan seorang Khalifah di atas bumi. Allah berfirman :
وَإِذْقَالَ رَبُّكَ لِلْمِلَئِكَةِ إِنّىِ جَاعِلٌ فِى الْأَرْضِ خَلِيْفَةًۖۖ
yang artinya “Dan ingatlah ketika rabb-mu berfirman kepada para Malaikat, Aku menjadikan khalifah di bumi....” (QS. Al-Baqarah : 30).
Yang dimaksudkan dengan khalifah disini ialah Nabi Adam AS. Kemudian Allah SWT menciptakannya.
3.    Agungnya Wujud Malaikat
Untuk menggambarkannya kami cukupkan dengan menyebutkan beberapa hadist yang berbicara tentang dua malaikat yang mulia berikut ini :

Pertama : Besarnya Wujud Jibril
Imam Ahmad RA, meriwayatkan dalam musnadnya dari Abdullah yang mulia bin Mas’ud RA, Ia berkata;
Artinya : “Rasulullah SAW melihat Jibril dalam penampakan aslinya, ia memiliki 600 sayap, setiap sayapnya menutupi ufuk. Dari setiap sayapnya berguguran mutiara dan permata yang berwarna-warni yang hanya diketahui Allah.”

Dan telah diriwayatkan dalam Sunan At-Tirmidzi dengan sanad shahih bahwasanya Rasululah SAW bersabda tentang Malaikat Jibril;
Artinya : “Aku melihat dirinya Malaikat Jibril turun dari langit. Besar tubuhnya memenuhi antara langit dan bumi.”

Allah berfirman mengenai sifatnya,
إِنَّهُ رَسُولٍ كَرِيْمٍ (١٩ ) ذِى قُوَّةٍ عِنْدَذِى الْعَرْشِ مَكِيْنٍ (٢٠ )  
مُّطَاعٍ ثَمَّ أَميْنٍ (٢١ )
Artinya : “Sesungguhnya (Al-Qur’an) itu benar-benar firman Allah yang dibawa oleh utusan yang mulia (Jibril), yang memiliki kekuatan, memiliki kedudukan tinggi disisi (Allah ) yang memiliki ‘Arsy yang disana (di alam malaikat) ia di taati dan dipercaya”. (QS. At-Takwiir : 19-21).
Yang dimaksud dengan (Rasulun karim) di ayat ini adalah malaikat Jibril. Dan yang dimaksud (Wadzil ‘Arsy) yaitu Rabb yang memiliki Kemuliaan dan Maha Suci.

Kedua : Agungnya Penampakan Malaikat Pemikul ‘Arsy
Imam Abdul Daud RA, telah meriwayatkan dari Jabir bin Abdilah RA, bahwa Rasulullah SAW bersabda :
Artinya : “Aku diperkenankan untuk menceritakan salah satu Malaikat pemikul ‘Arsy antara telinga bagian bawah dan pundaknya sejauh jarak perjalanan 700 tahun.”
Diriwayatkan juga oleh Ibnu Abi Hatim RA, dengan lafadz, “... sejauh jarak perjalanan burung terbang (selama 700 tahun).”
Ath-Tabrani meriwayatkan dalam kitabnya, Al-Mu’jam Al-Ausath dengan sanad yang shahih, dari Anas RA, ia berkata, Rasulullah SAW bersabda :
Artinya : “Aku dipercayakan untuk menceritakan salah satu malaikat pemikul ‘Arsy. Kedua kakinya di bumi yang paling bawah, dan ‘Arsy diatas pundaknya sejauh jarak burung terbang selama 700 tahun.” Malaikat itu mengucapkan “Maha suci Engkau dimana pun Engkau berada.”

4.    Sayap-sayap Malaikat
Malaikat memiliki sayap-sayap sebagaimana yang telah Allah Ta’ala kabarkan kepada kita. Diantara mereka ada yang memiliki dua pasang sayap, ada yang tiga, ada yang empat, dan ada yang lebih banyak lagi dari itu.
اَلْحَمْدُلِلهِ فَاطِرِ السَّمٰوَاتِ وَالأَرْضِ جَاعِلِ الْمَلَئِكَةِ رُسُلاً أُوْلىِ أَجْنِحَةِ مَّثْنَىٰ وَثُلَثَ وَرُبَعَۚ يَزِيْدُ فِى الْخَلْقِ مَا يَشَآءُۚ ٳِنَّ اللهَ عَلَىٰ كُلّ شَىْءٍ قَدِيْرٌ(١)

Artinya: “Segala puji bagi Allah Pencipta langit dan bumi, yang menjadikan Malaikat sebagai utusan-utusan (untuk mengurus berbagai macam urusan) yang mempunyai sayap, masing-masing ada yang dua, tiga dan empat. Allah menambahkan pada ciptaan-Nya apa yang Dia kehendaki. Sungguh, Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.”  (QS. Faathir : 1).

Makna dari, “Allah menjadikan mereka sebagai sosok yang bersayap,” yaitu sebagian mereka (Malaikat) memiliki dua pasang sayap, ada yang lebih banyak lagi.

5.    Indahnya Malaikat
Allah Ta’ala menciptakan Malaikat dalam penampakan yang indah dan mulia. Hal ini sebagaimana firman Allah Ta’ala tentang Jibril,
عَلَّمَهُ ، شَدِيْدُ القُوَىٰ (١) ذُو مِرَّةٍ فَا سْتَوَىٰ (٢)
Artinya : Yang diajarkan kepadanya oleh (Jibril) yang sangat kuat, yang mempunyai keteguhan maka (Jibril itu) menampakkan diri dengan rupa yang asli (rupa yang bagus dan perkasa). (QS. An-Najm :5-6).
Ibnu ‘Abbas RA, berkata (Dzu Marratin), yaitu indah untuk dilihat. “Qatadah RA berkata, “yaitu memiliki postur yang tinggi lebih indah.” Ada pula yang mengatakan (Dzu Marratin), “yaitu yang memiliki kekuatan.” Tidak ada pertentangan di antara pendapat-pendapat tersebut, yaitu lafadz tersebut artinya kuat dan indah untuk dilihat.

6.    Perbedaan antara Malaikat dalam Postur dan Kedudukan
Malaikat tidak diciptakan dalam satu rupa dan ukuran. Sebagian antara mereka memiliki dua sayap, sedangkan Jibril memiliki 600 sayap. Dan di sisi Allah SWT, mereka memiliki kedudukan yang berbeda-beda yang telah diketahui. Allah SWT berfirman :
وَمَا مِنَّآ  إِلَّا لَهُ، مَقَامٌ مَعْلُوْمٌ (١٦٤)
Artinya : “Dan tidak satu pun diantara kami (Malaikat) melainkan masing-masing mempunyai kedudukan tertentu (QS. Ash-Shaaffaat : 164)

7.    Malaikat Tidak Disifati dengan Jenis Laki-laki maupun Perempuan
Diantara sebab sesatnya manusia ketika berbicara tentang alam ghaib bahwa sebagian mereka berusaha untuk menakar alam ghaib ini dengan ukuran manusia yang bersifat duniawi. Maka, pernah kami dapati salah seorang diantara mereka dalam makalahnya disebuah koran mereka merasa heran bahwa Jibril pernah datang kepada Rasulullah SAW. Bagaimana mungkin Jibril mampu datang dalam kecepatan yang luar biasa ini, sementara cahaya saja membutuhkan berjuta-juta tahun cahaya untuk sampai dari satu bintang ke bintang yang lain di langit?

Padahal diantara dosa yang paling besar adalah berbicara atas nama Allah tanpa dasar ilmu. Allah SWT berfirman :
وَجَعَلوْا الْمَلَٸِكَةَ الَّذِيْنَ هُمْ عِبَٰدُ الّرحْمَنِ إِنَٰثًاۚ ٲَشَهِدُوْا خَلْقَهُمْۚ سَتُكْتَبُ شَهَٰدَتُهُمْ وَيُسْٸَلُوْنَ(۱۹)
Artinya : “Dan mereka menjadikan para Malaikat hamba-hamba Allah Yang Maha Pengasih itu sebagai jenis perempuan. Apa mereka menyaksikan penciptaan Malaikat-malaikat itu? Kelak akan dituliskan kesaksian mereka dan akan dimintakan pertanggung jawaban.” (QS. Az-Zukhruf : 19)

8.    Malaikat Tidak Makan dan Tidak Minum
Sebelumnya telah diketahui bahwa Malaikat tidak disifati jenis kelamin laki-laki atau perempuan, demikian pula mereka tidak butuh kepada makanan manusia serta minuman mereka.
فَلَمّا رَءَا أَيْدِيَهُمْ لاَتَصِلُ إِلَيْهِ نَكِرَ هُمْ وَ اَوْجَسَ مِنْهُمْ خِيْفَةًۚ قَالُوا لَاتَخَفْ إِنَّا أُرْسِلْنَآ إِلَىٰ قَوْمِ لُوطٍ (٧٠)
Artinya : “Maka, ketika (Nabi Ibrahim) melihat tangan mereka takut ketika tidak menjamah (hidangan tersebut), Ibrahim pun mencurigai mereka dan merasa takut kepada mereka. Mereka (para Malaikat) berkata ‘Jangan takut, sesungghnya kami adalah (Malaikat-malaikat) yang diutus kepada kaum Luth.” (QS. Huud : 70)

9.    Para Malaikat Tidak Merasakan Bosan dan Tidak Letih
Para Malaikat senantiasa beribadah kepada Allah SWT, taat kepada-Nya serta melaksanakan perintah-perintah-Nya tanpa rasa letih dan bosan. Tidaklah mereka merasakan apa yang umumnya dirasakan oleh manusia dari perkara tersebut.
Allah Ta’ala berfirman tentang sifat para Malaikat :
يُسَبِّحُوْنَ الَّيْلَ وَ الَّنهَارَ لَا يَفْتُرُوْنَ(٢٠)
Artinya : “Mereka (Malaikat-malaikat) itu bertasbih malam dan siang, tidak ada henti-hentinya.” (QS. Al-Anbiyaa’ : 20)
    
10.    Tempat Tinggal Malaikat
Kedudukan dan tempat tinggal Malaikat adalah dilangit, sebagaimana firman Allah SWT;
تَكَادُ السَّمَٰوٰتُ يَتَفَطَّرْنَ مِنْ فَوْقِهِنَّۚ وَالْمَلَٸِكَةُ يُسَبِّحُونَ بِحَمْدِ رَبِّهِمْ وَيَسْتَغْفِرُوْنَ لِمَنْ فِى الْأَرْضِۗ أَلاَ ٳِنَّ الله هُوَ الغَفُورُ الرَّحِيْمُ (۵)
Artinya : “hampir saja langit itu pecah dari sebelah atasnya (karena kebesaran Allah) dan Malaikat-malaikat yang bertasbih memuji Rabb-Nya, juga memohon ampunan bagi orang-orang yang ada di bumi, ingatlah, sesungguhnya Allah, Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Asy-Syuuraa : 5)

B.   Pengertian Malaikat dan Hubungannya dengan Allah SWT
Malaikat adalah makhluk Allah yang tidak pernah iingkar. Malaikat sangat patuh terhadap perintah Allah SWT. Malaikat tercipta dari cahaya atau nur. Orang yang beriman kepada Allah ia harus juga beriman kepada adanya malaikat-malaikat Allah.
Allah menciptakan malaikat untuk membantuNya dalam mengatur kehidupan manusia. Malaikat adalah makhluk Allah yang tidak pernah ingkar. Malaikat sangat patuh terhadap perintah Allah SWT. Malaikat berbeda dengan manusia dan makhluk lainnya, baik sifat maupun asal penciptaannya. Malaikat tidak dapat dilihat dengan mata karena mereka makhluk yang gaib.
a)    Tabi’at Para Malaikat
Malaikat bertabi’at untuk selalu taat kepada Allah Ta’ala. Maialikat tidak memiliki kemampuan untuk bermaksiat. Mereka selalu menjauhi maksiat kepada Allah dan selalu bersikap taat karena Allah Ta’ala menciptakan mereka demikian. Para malaikat sedikit pun tidak dibebani kemampuan untuk bermaksiat, karena tidak ada syahwat atau hawa nafsu pada diri mereka.
Secara mutlak para malaikat adalah makhluk yang diperintahkan untuk selalu beribadah dan melakukan ketaatan. Sebagaimana firman Allah Ta’ala:
يَخَافُوْنَ رَبَّهُمْ مِنْ فَوْقِهِمْ وَيَفْعَلُوْنَ مَايُؤْمَرُوْنَ (٥٠)
Artinya : “Mereka takut kepada Rabb yang (berkuasa) diatas mereka dan melaksanakan apa-apa yang diperintahkan (kepada mereka).” (QS. An-Nahl : 50)



b)   Kedudukan Para Malaikat
Sebaik-baik sifat yang diberikan kepada Malaikat adalah bahwa mereka hamba-hamba Allah. Malaikat adalah hamba yang disifati dengan seluruh sifat ‘Ubudiyah (penghambaan), mereka melakukan pelayanan, dan melaksanakan berbagai perkara yang diberitahukan. Ilmu Allah meliputi mereka. Mereka tidak mampu untuk melampaui perintah dan melanggar berbagai perkara yang diberitahukan mereka. Dan senantiasa mereka takut kepada Allah. Seandainya dimungkinkan sebagian mereka melakukan tindakan melampaui batas, maka sungguh Allah akan meng-adzab mereka sebagai balasan atas pembangkangannya.
Diantara kesempurnaan penghambaan Malaikat adalah mereka tidak mendahului Allah dengan memberikan usulan dan mereka pun tidak menyanggah satu perintah pun dari sekian banyak perintah, melainkan mereka senantiasa menunaikan perintah-perintah-Nya dan bersegera memenuhi seruan-Nya. Allah berfirman :
لَايَسْبِقُوْنَهُ، بِآلْقَوْلِ وَهُمْ بِأَ مْرِهِۦ يَعْمَلُوْنَ(٢٧)
Artinya : “Mereka tidak berbicara mendahului-Nya dan mereka mengerjakan perintah-perintah-Nya.” (QS. A-Anbiyaa’ : 27)

Dan mereka, para Malaikat, tidak mengerjakan sesuatu apa pun selain yang diperintahkan Allah SWT kepada mereka. Perintah Allah lah yang menggerakkan mereka dan perintah Allah pula yang menghentikan mereka pula.

c)    Ibadah-ibadah Para Malaikat
1.    Malaikat Bertasbih
Para Malaikat senantiasa berdzikir kepada Allah Ta’ala dan seagung-agungnya dzikir selalu bertasbih kepada Allah.
Tasbihnya mereka kepada Allah berlangsung secara terus menerus siang maupun malam. Allah SWT berfirman;
يُسَبِّحُوْنَ آلَّيْلَ وَآلَّنهَارَ لَا يَفْتُرُوْنَ (٢٠)
Artinya : “Mereka (Malaikat-malaikat) bertasbih tidak henti-hentinya malam dan siang.” (QS. Al-Anbiyaa’ : 20)

2.    Malaikat Ber-Sholat
Rasulullah SAW bersabda : “Tidakkah kalian berbaris seperti berbarisnya para Malaikat dihadapan Rabb-Nya? Dan ketika beliau ditanya bagaimana berbarisnya para malaikat, maka beliau menjawab: “Mereka menyempurnakan (dahulu) barisan pertama, kemudian barulah yang setelahnya. Dan mereka para malaikat saling merapat dalam (shaf) barisan.” (HR. Al-Jama’ah Bighairi Bukhori).

3.    Malaikat Berhaji
Para malaikat memiliki Ka’bah tersendiri di langit ke tujuh, dimana mereka menunaikan Haji padanya. Ka’bah inilah yang disebutkan oleh Allah SWT dengan nama Baitul Makmur. Allah Ta’ala bersumpah dengannya di surat At-Thuur ayat 4 : “Demi Baitul Makmur (Ka’bah).
Terdapat 70.000 Malaikat yang melakukan ibadah shalat setiap hari kepada Allah dan mengerjakan Thawaf sebagaimana penduduk bumi berthawaf di Ka’bah mereka. Baitul Makmur adalah Ka’bah bagi penduduk langit yang ketujuh. Dan pada suatu ketika Rasulullah mendapati Nabi Ibrahim AS, menyandarkan punggungnya ke Baitul Makmur karena beliaulah yang membangun Ka’bah yang ada di bumi.
Al-Hafidz Ibnu Katsir RA, juga menyebutkan bahwasanya Baitul Makmur berada tepat di atas Ka’bah seandainya Baitul Makmur jatuh, maka akan tepat menjatuhi Ka’bah di Kota Mekkah. Disebutkan juga bahwa pada setiap langit terdapat rumah yang digunakan untuk beribadah bagi penghuni langit tersebut, dan mereka mengerjakan shalat didalamnya. Adapun rumah ibadah yang paling bawah dinamakan Baitul ‘Izzah

4.    Takutnya Malaikat Kepada Allah SWT
Tatkala pengetahuan para Malaikat tentang Rabb mereka sangat besar, maka pengagungan dan rasa takut mereka pun kepada Allah pun sangatlah besar. Besar rasa takutnya kepada Rabb mereka dapat tergambar melalui hadist yang diriwayatkan oleh An-Nawwaas bin Sam’an, ia berkata, Rasulullah bersabda :
“Apabila Allah hendak memberikan perintah, maka Allah berbicara dengan wahyu, sehingga seluruh langit-langit pun bergetar karenanya, karena sangat takutnya kepada Allah. Dan apabila hal itu terdengar oleh penduduk langit, maka mereka tersungkur sujud kepada Allah, dan malaikat yang pertama kali mengangkat kepalanya adalah Jibril, maka Allah Ta’ala pun menyampaikan wahyu yang ia inginkan kepada Jibril...” (HR. Ibnu Jarir, Ibnu Khuzaimah, Ath-Thabrani, dan Ibnu Abi Khatim dengan lafadz darinya).
Adapun dalam kitab Al-Mu’jamul Ausaath karya Imam Ath-Thabrani dengan Sanad yang Hasan dari Jabir bahwa Rasulullah bersabfa;
“Aku melintasi para Malaikat pada malam aku di isra’kan, sementara Jibril bagaikan alas tikar yang basah karena takut pada Allah Ta’ala.” (Lihat Shahih Al-Jaami’ : V/206)

d)   Buah Iman Kepada Malaikat Allah SWT
Meyakini dan mengimani Malaikat Allah SWT, pasti membuahkan hasil-hasil yang mulia, diantaranya :
1.    Ilmu tentang keagungan dan kebesaran Allah SWT, kekuatan dan kekuasaan-Nya maka dimanakah perbandingan antara keagungan makhluk dengan keagungan Allah ‘Azza wa Jalla?
2.    Rasa syukur kita kepada Allah SWT, atas perhatina-Nya pada anak cucu Adam ‘Alaihis Salam. Dimana Dia mewakilkan dari diri para Malaikat itu untuk menjaga, menulis amalan, mengatur rizki, menyampaikan risalah dan karomah, dan selainnya dari kemashlahatan manusia di dunia sampai ke alam akhirat.
3.    Cinta pada Malaikat, sebab ibadah kita pada Allah Ta’ala yang selalu mereka tegakkan pada siang dan malam.
4.    Manusia akan selalu ingat bahwasanya hidup di dunia ini tidak boleh sewenang-wenang, sombong apalagi kufur. Karena siang dan malam kita di awasi oleh malaikat-malaikat yang sangat tunduk dan setia pada Allah SWT.
5.    Manusia sebagai begian dari makhluk Allah SWt. Tidaklah perlu berkecil hati dalam pengharapan untuk mencapai Ridha Allah ‘Azza wa Jalla. Yang terpenting manusia senantiasa berusaha dan ikhtiar. Malaikat penyampai wahyu dan risalah selalu siaga untuk emnyampaikan kepada sang Khaliq yakni Allah SWT atas semua apa yang menjadi harapan dan permohonan para makhluk-Nya (manusia) di muka bumi.
6.    Dalam urusan duniawi, baik urusan penghasilan, jodoh, pekerjaan, pangkat dan jabatan, hidup kaya atau miskin, kita sebagai makhluk yang beriman harus optimis dan semangat karena semua sudah ada yang mengatur, yakni Allah SWT, melalui  para Malaikat-Malaikat-Nya.

7.    Waspada bahwa dunia ini adalah fana dan tidak kekal, yakni ketika ia ingat Malakul maut yang suatu ketika akan diperintahkan untuk mencabut nyawanya. Karena itu, ia akan semakin rajin mempersiapkan diri menghadapi hari akhir dengan beriman dan beramal sholeh.
8.     Senantiasa istiqomah (meneguhkan pendirian) dalam menaati Allah karena barang siapa beriman bahwa para malaikat itu mencatat semua amal pebuatannya, maka ini menadikannya semakin takut kepada Allah. Sehinga ia tidak akan berbuat maksiat kepada-Nya, baik secara terang-terangan maupun sembunyi-sembunyi.
9.    Bersabar dalam menaati Allah serta merasakan ketenangan dan kedamaian. Karena sebagai seorang mukmin ia yakin bahwa bersamanya dalam alam yang luas ini ada ribuan malaikat yang menaati Allah dengan sebaik-baiknya dan sesempurna-sempurnanya.

C.   Nama-nama Malaikat
Walaupun malaikat itu makhluk gaib, tetapi kita wajib mempercayai adanya malaikat. Percaya kepada Malaikat-malaikat Allah adalah rukun iman yang kedua.
Secara keseluruhan jumlah malaikat itu banyak sekali. Jumlah yang pasti hanya Allah saja yang mengetahui. Tetapi, kita selaku umat Islam hanya diwajibkan mengetahui 10 Malaikat saja. Berikut ini adalah nama kesepuluh Malaikat tersebut, yaitu :
1.    Malaikat Jibril                              6. Malaikat Nakir
2.    Malaikat Mikail                            7. Malaikat Raqib
3.    Malaikat Israfil                            8. Malaikat Atid
4.    Malaikat Izrail                              9. Malaikat Malik
5.    Malaikat Munkar                         10. Malaikat Ridwan

D.   Tugas-tugas Malaikat
Tugas kesepuluh Malaikat adalah sebagai berikut :
1.    Malaiakt Jibril bertugas menyampaikan Wahyu dari Allah SWT. Untuk para Nabi dan Rasul-Nya
2.    Malaikat Mikail bertugas mengatur pembagian rezeki kepada makhluk Allah seperti mengatur hujan, memberi buah kepada tumbuhan dan mengatur tingkat kebaikan kepada makanan.


3.    Malaikat Israfil bertugas meniup terompet sangkakala. Apabila ditiup pertama kali maka semua makhluk akan mati, dan ketika ditiup untuk kedua kalinya maka semua makhluk akan hidup kembali.
4.    Malaikat Izrail bertugas mencabut nyawa semua makhluk. Malaikat Izrail disebut juga malaikat maut.
5.    Malaikat Munkar bertugas memeriksa amal perbuatan dan mengajukan pertanyaan kepada manusia di alam barzah atau alam kubur.
6.    Malaikat Nakir bertugas seperti malaikat Munkar.
7.    Malaikat Raqib bertugas mencatat amal perbuatan manusia yang baik.
8.    Malaikat Atid bertugas mencatat amal perbuatan manusia yang buruk.
9.    Malaikat Malik bertugas menjaga pintu neraka, bersifat keras dan tidak mempunyai belas kasihan kepada penghuni neraka.
10. Malaikat Ridwan bertugas menjaga pintu surga, bersifat lemah lembut dan ramah kepada penghuni surga.

E.   Dalil Naqli
Umat Islam harus beriman (percaya dengan sungguh-sungguh) kepada malaikat Allah SWT, dimana malaikat itu diberi tugas masing-masing, sesuai dengan dalil ayat di bawah ini :
ءَامَنَ الَّرسُوْلُ بِمَا أُنْزِلَ إِلَيْهِ مِنْ رَّبِهِ وَاْلمُٶْمِنُونَۚ كُلُّ ءَامَنَ بِاللَّهِ وَ مَلَٸِكَتِهِ وَ كُتُبِهِ وَرُسُلِهِ لَا نُفَرِّقُ بَيْنَ أَحَدٍ مِّنْ رُّسُلِهِ ۦۚ وَقَالُواْ سَمِعْنَا وَ أَطَعْنَاۖ غُفْرَانَكَ رَبَّنَا وَ إِلَيْكَ اْلمَصِيْرُ (٢٨٥)
Artinya : “Rasul telah beriman kepada Al-Qur’an yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, dan rasul-rasul-Nya. Mereka mengatakan : “Kami tidak membeda-bedakan antara seseorang pun dengan yang lain dari rasul-rasul-Nya”, dan mereka mengatakan : “Kami dengar dan kami taat.” Mereka berdoa : “Ampunilah kami Ya Tuhan kami dan kepada Engkaulah tempat kembali.” (QS. Al-Baqarah : 285)

F.    Mengekspresikan Rasa Iman Kepada Malaikat Allah SWT dalam Kehidupan Sehari-hari
Seperti yang telah dijelaskan bahwa para malaikat senantiasa melaksanakan perintah Allah dan tidak mendurhakai-Nya. Mereka senantiasa bertasbih memuji Allah yang Maha Suci, sepanjang waktu siang dan malam tanpa henti. Itulah perilaku dan sifat malaikat yang utama.
Perilaku malaikat berbeda dengan perilaku iblis atau syetan. Jika iblis atau syetan selalu menentang Allah, seperti dalam kisah iblis menentang perintah Allah untuk bersujud kepada Nabi Adam, sehingga akhirnya iblis dan Nabi Adam keduanya diturunkan Allah ke bumi.
Sedangkan bagi manusia jika tunduk dan senantiasa melaksanakan perintah Allah, dan apabila manusia mengerjakan apa yang dilarang Allah berarti manusia sudah dikuasai oleh syaetan atau iblis.



Contact Us

Name

Email *

Message *

Back To Top