Subuh begitu pekat di desa itu. Semalam hujan
menari mendayu-dayu. Pandangan nan sunyi bersaksi keras. Menatap gulita
di sudut-sudut desa yang tak terjamah. Tetesan embun perlahan kian
membias. Suara kodok saling berdendang pertanda musim penghujan datang
di desa Cisoka. Cuaca begitu ekstrem menurut berita pagi. Shubuh belum
berkoar pada saat itu. Masih pukul 02.00 pagi waktu yang mantap tidur
bersama istri. Sekitar enam jam yang lalu. Sebelum pagi menyambut sunyi.
Sebuah tragedi yang tak diharapkan terjadi. Entah siapa yang memulai
dan berawal dari mana. Aditya ingin bercerai dengan istrinya, Rahayu.
‘Tak usah dibahas. Aku ingin sendiri dulu. Lupakanlah untuk sementara ini,” dengan berat hati Aditya berkata lirih.
“Maksud mas apa?” bingung Rahayu mendengar hal itu.
‘Tak udah di bahas. Tanya saja pada dirimu sendiri,” Aditya pergi dengan tas ransel yang berisikan pakaian pribadinya.
Rahayu masih bingung dengan tingkah suaminya yang tiba-tiba meminta cerai. Lebih mengherankan lagi suaminya pergi tiba-tiba. Padahal hubungan cinta keduanya baik-baik saja. Banyak tetangga yang bilang bahwa keduanya bagaikan jeratan tali besi yang tak bisa diputuskan. Rahayu diliputi tanda Tanya besar terhadap masalah suaminya. Bagi Rahayu, bercerai dengan suaminya tak jadi soal. Ia masih cantik, punya pekerjaan, dan banyak laki-laki lain yang tergila-gila dengannya. Ia hanya bingung dengan suaminya. Dengan alas an apa ia ingin bercerai. Malam itu bagi Rahayu dan Aditya akhir dari hubungan suami istri. Mbak Ririn kerap menasehati sebagai teman kerjanya dulu di Taiwan. Mereka bersahabat lama dan menjadi tetangga yang baik.
“Suamimu baik. Kamu sangat beruntung mendapatkan suami seperti dia. Kalau masalah konflik dalam rumah tangga hal biasa. Tapi mana mungkin suamimu tega menghianatimu. Paling-paling kamu yang selingkuh hehehe,” iseng Mbak Ririn menasehati sembari canda yang bergelagak.
“Ah! Kamu juga begitu. Dulu ketika kerja di Taiwan kau suka menggoda pria-pria Indonesia di dunia maya. Padahal niatmu bukan kearah serius,” tak kalah omongan Ririn, Rahayu membalas ledekan yang Ririn sampaikan.
Rahayu menikahi Aditya berawal dari dunia maya. Tak ada yang disangka bila dunia maya memikat mereka ke pelaminan. Berhari-hari Aditya inbokan tanpa mengenal hari ataupun waktu. Kadangkala sehabis kerja Aditya menyempatkan singgahh di warnet untuk melepas rindu dengan Rahayu. Dengan berteleponan lewat yahoo massager terasa rindu menjadi tetesan embun di hatinya. Atau kadangkala, Rahayu sendiri yang menelepon Aditya hingga keduanya saling mengenal cinta. Ditambah pula, orang ketiga bernama Ririn menjadi pendorong agar Rahayu jangan berlama-lama bermain cinta. Gayung pun bersambut, nasehat Ririn agar tidak mempermainkan cinta berlanjut sampai pernikahan.
Pejabat penting, pak lurah, RT dan para tetangga menghadiri acara resepsi itu. Maklum, Aditya bekerja di Pemda dan merangkap sebagai guru honorer di Cisoka. Tamu-tamu undangan berhamburan datang mengucapkan salam. Fera, mantan kekasih Aditya pun datang untuk memberikan ucapan selamat. Padahal hatinya cemburu, wajahnya pucat, dan pilu karena pria yang dia idamkan harus menikah dengan Rahayu. Tapi Fera berusaha melupakan masa lalunya. Masa itu begitu kelam sampai Fera sendiri tak bisa melupakannya. Hubungan cinta Aditya dan Fera memang pasang surut. Jarak yang terlalu jauh membuat keduanya saling curiga dan saling cemburu. Kebimbangan Aditya terhadap Fera semakin meruncing. Setelah diketahui bahwa Fera memiliki banyak selingkuhan. Apa di lacur, hubunagn mereka tak bertahan lama. Cinta mereka porak poranda hanya karena cemburu buta.
Malam pertama Aditya dengan Rahayu terjadi. Kini Aditya sah menjadi suami Rahayu. Sebagai kepala rumahtangga. Secara otomatis pemikiran Aditya harus dewasa. Menafkahi kebutuhan ekonomi dan biologis. Pernikahan mereka berjalan langgeng dan biasa-biasa saja. Hanya saja, Aditya sedikit di bohongi di malam pertama.
“Kau sudah tak perawan lagi. Kenapa kau bohongi aku,” Aditya kecewa ketika malam pertama terjadi.
“Siapa yang bohong. Sebelum pernikahan saja kau berkali-kali berhubungan badan denganku,” balas protes Rahayu.
“Lupakanlah. Aku hanya becanda.”
Namanya cinta sulit dipisahkan. Satu sama lain bila sudah satu paham. Kesalahan secuil pun tak dipermasalahkan. Sebagai seorang suami, Aditya tidak melarang istrinya bekerja. Seksi, cantik, dan belum memiliki anak tidak sulit bagi Rahayu. Perusahaan di bidang marketing, Rahayu bekerja. Posisinya sebagai sekertaris. Bos-bos kantor dengan matanya yang binal kerap menggoda.
“Menikah saja denganku. Lupakan suamimu.”
“Ah si bos bisa aja. Suami saya mau di taru di mana.”
Aditya sudah tahu Rahayu seperti apa. Karena cintanya yang sangat berat kepada istrinya. Ia masa bodoh dengan istrinya di kantor.
“Segala tindak tandukmu aku tahu semua. Setiap kau pulang dari kerja. Kau pasti di antarkan pulang sama bosmu itu.”
‘Namanya juga bawahan. Otomatis harus mengikuti atasan.”
“Tapi gak setiap malam kau diantarkan pulang. Kau punya suami,” dengan sedikit cemburu, Aditya bicara.
Nasihat tinggal nasihat. Apa mau di kata. Aditya tak berdaya bila beradu argument dengan istrinya. Hal tersebut sudah biasa. Setiap kali Rahayu pulang terlambat selalu saja keduanya saling argument. Pekerjaan sebagai guru honorer tidak bisa memenuhi kebutuhan yang lebih buat istrinya. Maka dari itu, Rahayu ingin sembari bekerja agar setiap kebutuhannya bisa terpenuhi. Termasuk hobi belanja yang selalu tidak cukup bila dari honor mengajar suaminya.
“Aku banyak kebutuhan mas. Sedangkan gajimu saja tidak cukup buat makan sehari-hari,” Rahayu kerap mengeluh kepada Aditya.
“Aku paham.”
“Ya udah. Aku mau kerja. Kebetulan ada peluang sebagai sekertaris.”
Aditya menyetujui terhadap keinginan istrinya tersebut. Bekerjalah Rahayu di sebuah perusahaan. Sikap Rahayu perlahan berubah. Entah karena penghasilannya lebih atau karena muak dengan Aditya. Sebagai suami istri dalam rumah tangga. Sudah hampir sebulan mereka tidak berhubungan laiknya suami istri. Terkadang Aditya kecewa dengan penolakan Rahayu bila di ajak berhubungan.
“Aku capek mas. Banyak hal yang harus aku lakukan selain itu.”
“Tapi, aku suamimu Rahayu.”
Apa di lacur. Aditya tak bisa memaksa keinginan istrinya untuk berhubungan seperti biasanya. Malam-malam dilalui dengan kehampaan. Kerap Aditya bertanya pada dirinya apa yang terjadi dengan istrinya tersebut. Apakah dia sudah tidak mencintainya ataukah dia sudah berpaling. Malam itu, Aditya hanya ditemani bintang yang kelam. Hari-harinya kian pudar dengan penuh kekecewaan. Hingga di suatu malam. Aditya berkata jujur bahwa ia ingin pisah ranjang denagn Rahayu. Tak ada sepatah kata pun yang terlontar dari bibir Aditya. Rahayu tidak mengerti dengan kepergian suaminya itu. Hingga suatu malam yang sangat pekat. Subuh telah menyapa bersama gemercik air hujan yang menari. Rahayu baru sadar begitu beratnya bila tidak bersama dengan Aditya.
“Aku harus tetap berhubungan dengan dia. Walau bagaimanapun, aku harus menjadi istrinya,” dengan rasa penasaran Rahayu mencari Aditya yang hilang di telan malam.
Dengan tubuh yang telah di peluk oleh embun. Rahayu mengikuti jejak kepergian kemana Aditya pergi. Salah seorang warga mengetahui dan memberi kabar bahwa suaminya berkunjung ke rumah Mbak Ririn.
“Saya melihat! Suamimu ada di dalam rumah Mbak Ririn. Teman kerjamu dulu dan juga tetanggamu.”
Ternyata benar saja. Aditya ada di rumah Mbak Ririn dengan tanpa sehelai busana sedikit pun. Mereka di pergoki oleh Rahayu yang tak lain istrinya dan teman Mbak Ririn. Sudah jelaslah alasan Aditya pisah ranjang dengan Rahayu. Selama ini Aditya tidak merasa puas berhubungan dengan istrinya. Sungguh malam yang jahanam. Ririn yang sebelumnya karib dekat Rahayu ternyata mengkhianati temannya sendiri. Alas an harta dan tanah yang luas yang dimiliki Aditya yang menjadikan Rahayu enggan bercerai. Namun di malam itu sebuah penghianatan datang tak terduga.
‘Tak usah dibahas. Aku ingin sendiri dulu. Lupakanlah untuk sementara ini,” dengan berat hati Aditya berkata lirih.
“Maksud mas apa?” bingung Rahayu mendengar hal itu.
‘Tak udah di bahas. Tanya saja pada dirimu sendiri,” Aditya pergi dengan tas ransel yang berisikan pakaian pribadinya.
Rahayu masih bingung dengan tingkah suaminya yang tiba-tiba meminta cerai. Lebih mengherankan lagi suaminya pergi tiba-tiba. Padahal hubungan cinta keduanya baik-baik saja. Banyak tetangga yang bilang bahwa keduanya bagaikan jeratan tali besi yang tak bisa diputuskan. Rahayu diliputi tanda Tanya besar terhadap masalah suaminya. Bagi Rahayu, bercerai dengan suaminya tak jadi soal. Ia masih cantik, punya pekerjaan, dan banyak laki-laki lain yang tergila-gila dengannya. Ia hanya bingung dengan suaminya. Dengan alas an apa ia ingin bercerai. Malam itu bagi Rahayu dan Aditya akhir dari hubungan suami istri. Mbak Ririn kerap menasehati sebagai teman kerjanya dulu di Taiwan. Mereka bersahabat lama dan menjadi tetangga yang baik.
“Suamimu baik. Kamu sangat beruntung mendapatkan suami seperti dia. Kalau masalah konflik dalam rumah tangga hal biasa. Tapi mana mungkin suamimu tega menghianatimu. Paling-paling kamu yang selingkuh hehehe,” iseng Mbak Ririn menasehati sembari canda yang bergelagak.
“Ah! Kamu juga begitu. Dulu ketika kerja di Taiwan kau suka menggoda pria-pria Indonesia di dunia maya. Padahal niatmu bukan kearah serius,” tak kalah omongan Ririn, Rahayu membalas ledekan yang Ririn sampaikan.
Rahayu menikahi Aditya berawal dari dunia maya. Tak ada yang disangka bila dunia maya memikat mereka ke pelaminan. Berhari-hari Aditya inbokan tanpa mengenal hari ataupun waktu. Kadangkala sehabis kerja Aditya menyempatkan singgahh di warnet untuk melepas rindu dengan Rahayu. Dengan berteleponan lewat yahoo massager terasa rindu menjadi tetesan embun di hatinya. Atau kadangkala, Rahayu sendiri yang menelepon Aditya hingga keduanya saling mengenal cinta. Ditambah pula, orang ketiga bernama Ririn menjadi pendorong agar Rahayu jangan berlama-lama bermain cinta. Gayung pun bersambut, nasehat Ririn agar tidak mempermainkan cinta berlanjut sampai pernikahan.
Pejabat penting, pak lurah, RT dan para tetangga menghadiri acara resepsi itu. Maklum, Aditya bekerja di Pemda dan merangkap sebagai guru honorer di Cisoka. Tamu-tamu undangan berhamburan datang mengucapkan salam. Fera, mantan kekasih Aditya pun datang untuk memberikan ucapan selamat. Padahal hatinya cemburu, wajahnya pucat, dan pilu karena pria yang dia idamkan harus menikah dengan Rahayu. Tapi Fera berusaha melupakan masa lalunya. Masa itu begitu kelam sampai Fera sendiri tak bisa melupakannya. Hubungan cinta Aditya dan Fera memang pasang surut. Jarak yang terlalu jauh membuat keduanya saling curiga dan saling cemburu. Kebimbangan Aditya terhadap Fera semakin meruncing. Setelah diketahui bahwa Fera memiliki banyak selingkuhan. Apa di lacur, hubunagn mereka tak bertahan lama. Cinta mereka porak poranda hanya karena cemburu buta.
Malam pertama Aditya dengan Rahayu terjadi. Kini Aditya sah menjadi suami Rahayu. Sebagai kepala rumahtangga. Secara otomatis pemikiran Aditya harus dewasa. Menafkahi kebutuhan ekonomi dan biologis. Pernikahan mereka berjalan langgeng dan biasa-biasa saja. Hanya saja, Aditya sedikit di bohongi di malam pertama.
“Kau sudah tak perawan lagi. Kenapa kau bohongi aku,” Aditya kecewa ketika malam pertama terjadi.
“Siapa yang bohong. Sebelum pernikahan saja kau berkali-kali berhubungan badan denganku,” balas protes Rahayu.
“Lupakanlah. Aku hanya becanda.”
Namanya cinta sulit dipisahkan. Satu sama lain bila sudah satu paham. Kesalahan secuil pun tak dipermasalahkan. Sebagai seorang suami, Aditya tidak melarang istrinya bekerja. Seksi, cantik, dan belum memiliki anak tidak sulit bagi Rahayu. Perusahaan di bidang marketing, Rahayu bekerja. Posisinya sebagai sekertaris. Bos-bos kantor dengan matanya yang binal kerap menggoda.
“Menikah saja denganku. Lupakan suamimu.”
“Ah si bos bisa aja. Suami saya mau di taru di mana.”
Aditya sudah tahu Rahayu seperti apa. Karena cintanya yang sangat berat kepada istrinya. Ia masa bodoh dengan istrinya di kantor.
“Segala tindak tandukmu aku tahu semua. Setiap kau pulang dari kerja. Kau pasti di antarkan pulang sama bosmu itu.”
‘Namanya juga bawahan. Otomatis harus mengikuti atasan.”
“Tapi gak setiap malam kau diantarkan pulang. Kau punya suami,” dengan sedikit cemburu, Aditya bicara.
Nasihat tinggal nasihat. Apa mau di kata. Aditya tak berdaya bila beradu argument dengan istrinya. Hal tersebut sudah biasa. Setiap kali Rahayu pulang terlambat selalu saja keduanya saling argument. Pekerjaan sebagai guru honorer tidak bisa memenuhi kebutuhan yang lebih buat istrinya. Maka dari itu, Rahayu ingin sembari bekerja agar setiap kebutuhannya bisa terpenuhi. Termasuk hobi belanja yang selalu tidak cukup bila dari honor mengajar suaminya.
“Aku banyak kebutuhan mas. Sedangkan gajimu saja tidak cukup buat makan sehari-hari,” Rahayu kerap mengeluh kepada Aditya.
“Aku paham.”
“Ya udah. Aku mau kerja. Kebetulan ada peluang sebagai sekertaris.”
Aditya menyetujui terhadap keinginan istrinya tersebut. Bekerjalah Rahayu di sebuah perusahaan. Sikap Rahayu perlahan berubah. Entah karena penghasilannya lebih atau karena muak dengan Aditya. Sebagai suami istri dalam rumah tangga. Sudah hampir sebulan mereka tidak berhubungan laiknya suami istri. Terkadang Aditya kecewa dengan penolakan Rahayu bila di ajak berhubungan.
“Aku capek mas. Banyak hal yang harus aku lakukan selain itu.”
“Tapi, aku suamimu Rahayu.”
Apa di lacur. Aditya tak bisa memaksa keinginan istrinya untuk berhubungan seperti biasanya. Malam-malam dilalui dengan kehampaan. Kerap Aditya bertanya pada dirinya apa yang terjadi dengan istrinya tersebut. Apakah dia sudah tidak mencintainya ataukah dia sudah berpaling. Malam itu, Aditya hanya ditemani bintang yang kelam. Hari-harinya kian pudar dengan penuh kekecewaan. Hingga di suatu malam. Aditya berkata jujur bahwa ia ingin pisah ranjang denagn Rahayu. Tak ada sepatah kata pun yang terlontar dari bibir Aditya. Rahayu tidak mengerti dengan kepergian suaminya itu. Hingga suatu malam yang sangat pekat. Subuh telah menyapa bersama gemercik air hujan yang menari. Rahayu baru sadar begitu beratnya bila tidak bersama dengan Aditya.
“Aku harus tetap berhubungan dengan dia. Walau bagaimanapun, aku harus menjadi istrinya,” dengan rasa penasaran Rahayu mencari Aditya yang hilang di telan malam.
Dengan tubuh yang telah di peluk oleh embun. Rahayu mengikuti jejak kepergian kemana Aditya pergi. Salah seorang warga mengetahui dan memberi kabar bahwa suaminya berkunjung ke rumah Mbak Ririn.
“Saya melihat! Suamimu ada di dalam rumah Mbak Ririn. Teman kerjamu dulu dan juga tetanggamu.”
Ternyata benar saja. Aditya ada di rumah Mbak Ririn dengan tanpa sehelai busana sedikit pun. Mereka di pergoki oleh Rahayu yang tak lain istrinya dan teman Mbak Ririn. Sudah jelaslah alasan Aditya pisah ranjang dengan Rahayu. Selama ini Aditya tidak merasa puas berhubungan dengan istrinya. Sungguh malam yang jahanam. Ririn yang sebelumnya karib dekat Rahayu ternyata mengkhianati temannya sendiri. Alas an harta dan tanah yang luas yang dimiliki Aditya yang menjadikan Rahayu enggan bercerai. Namun di malam itu sebuah penghianatan datang tak terduga.
di Kutip dari Teks asli milik Hendri Ulyanov Pengajar di SMP Swasta di Cisoka. Tinggal di Kp. Situgabug Ds. Sukatani Kec. Cisoka Kab. Tangerang
No comments:
Post a Comment